TOXIC LEADER ADA DIMANA-MANA
Wow…. Hebrink…. Top markotop deh ! Buku Toxic Leader dikirim dari Jakarta ke Jogja tiba pas Pilpres. Pas kedatangan sang Penulis : Anthony Dio Martin untuk keperluan seminar di ROEMI & Mirota Group. Tanggal 11 Juli usai menyampaikan buku kepada GKR Hemas di Kraton Kilen, buku mulai disebar ke segala penjuru angin.
Saya tawarkan ke relasi, teman dan sahabat yang punya hati peduli. Hehehe… istilah dan gayanya si nenek Lansia ini…Kok kayak jagoan dalam dunia pemasaran ya ? Tapi memang punya bakat ilmu sihir dan merayu loh… Karena itu tepat hari Jumat 16 Juli 2014 lalu, genap seminggu, 200 eks buku Toxic sudah berubah jadi laptop keren, printer all in one dan sejumlah dana yang diserahkan kepada sebuah Panti Asuhan di Jogja. Inilah hebat & dahsyatnya masyarakat Jogja, yang punya sikap peduli kepada sesama.
Punya HATI…. Punya EQ tinggi. Bisa memiliki hati peduli karena mampu berempati. Mampu berempati karena mampu memahami kondisi pihak lain. Penderitaan pihak lain. Kebutuhan dan apa yang didambakan pihak lain.. Hati yang peduli ini juga hanya dimiliki oleh mereka yang mampu bersyukur ! Mampu tersenyum dalam segala kondisi.
Pembaca mau tahu, siapa-siapa yang telah membeli buku Toxic Leader ini ? Macam-macam deh…. Selain pengusaha, ada karyawan sampai pucuk pimpinan. Dari manajer sampai owner. Ada guru, dosen, dokter, wartawan, pejabat, dan juga mahasiswa yang ingin tahu tentang dunia kerja tentunya. Malah ada yang menjadikan buku ini sebagai parcel lebaran. Yang membanggakan adalah justru ada yang sudah purna tugas dan juga penderita stroke yang luar biasa karena memiliki semangat belajar sepanjang masa.
Pembaca pasti ingin tahu apa kata mereka setelah membaca buku Toxic Leader ? Ini sebagian kutipan yang masuk ke HP/BB saya. Dari Leader : 1. “Wah.. tak terasa Bu Lena, hampir saja saya jadi Toxic Leader. Sok lupa tanpa sengaja. Janji-janji kepada anak buah yang tidak ditepati… kadang bicara kasar, karena nggak bisa nahan emosi..” 2. “Ternyata Bu Magdalena juga jadi korban Toxic ya ? Ngeri juga, Bu ? Bersyukur saya tidak jadi Toxic.” 3. “Semoga jadi pedoman bagi saya & anak saya ya Bu. Diberi hikmat dan jadi giving leader” Dari karyawan/staf : 1. “Buku ini perlu disebar dibaca sampai capres ya Bu. Bersyukur atasan saya baik”. 2. “Aduh Bu, saya juga korban. Sudah tanda tangani kesepakatan kerja, eh mendadak diubah diperpendek waktu kontraknya. Ternyata keponakannya menggantikan posisi saya. Bersyukur saya mendapatkan peluang yang lebih baik”. 3. “Doakan ya Bu, atasan saya bisa berubah setelah baca buku ini. Hobinya main PHK. Banyak yang ternyata tak bersalah. Baru diketahui kemudian setelah terlambat…”
Tahukah Pembaca, bahwa panti yang mendapat dukungan dana penjualan buku Toxic Leader ini punya kisah unik ? Ketika si bapak Pendeta purna tugas sebagai Kepala Panti dan pulang kembali ke desanya, esok harinya sekitar 30 anak Panti berbondong-bondong menyusul memutuskan tinggal bersamanya ? Wow !!! Mau tidur dimana ? Rumah desa tanpa fasilitas untuk menampung mereka ? Bersyukur ada donatur yang terketuk hatinya dan membangun beberapa kamar dengan perlengkapan sederhana ala desa. Tapi mereka hepi. Malah ada 8 orang anak yang baru-baru ini meraih prestasi di sekolahnya. Ternyata mereka lari menyusul mantan bapak asuhnya karena mereka kuatir dan takut kalau-kalau kepala panti yang baru seperti Toxic Leader. Hehehe….
Ternyata memang TOXIC LEADER ADA DIMANA-MANA…
*Dimuat di Rubrik Ketenagakerjaan Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu, 23 Juli 2014
**Magdalena Sukartono. Praktisi, konsultan SDM, Trainer, Kolumnis Tetap Rubrik Ketenagakerjaan Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Pengelola Lembaga Pengembangan SDM Abisatya Paramitra. Lahir di Mayong, Jepara 5 Oktober 1938 dan telah memberikan lebih dari 2.000 kelas di berbagai wilayah di Indonesia.