TIDUR DAN KECERDASAN EMOSIONAL ANDA!
Di bulan Oktober 2009, dunia, khususnya di India, terkejut. Seorang pebisnis terkemuka CEO (Chief Operating Officer) perusahaan SAP terkemuka di India, Ranjan Das, meninggal dunia dalam usia yang sangat muda 42 tahun. Soal meninggal, mungkin itu sudah biasa dan mungkin saja memang sudah menjadi takdirnya. Tetapi menariknya, penyelidikan menunjukkan bahwa meninggalnya Ranjan Das ada hubungannya dengan soal tidur. Bahkan, dalam acaranya TV terkenal India yakni “Boss Day’s Out” yang masih bisa diakses hingga sekarang, Ranjan Das bercerita soal dirinya yang merasa kurang tidur. Rata-rata, ia hanya tidur sekitar 4 hingga 5 jam sehari. Padahal, Ranjan Das memperhatikan pola makan dan juga soal olah raga rutin. Dakterpun lantas, mengaitkan antara kurang tidurnya Ranjan Das dengan kematian yang dialaminya. Nah, seberapa pentingnya tidur, bagi fisik dan EQ (kecerdasan emosi Anda)? Mari kita simak!
Pertama, dari sisi kesehatan. Beberapa data ini diambil dari para ahli kardiologi di Singapura. Ternyata, kurangnya tidur yakni 5 jam atau kurang menyebabkan peningatan tekanan darah hingga 350% atau 500% dibandingkan dengan mereka yang tidurnya 6 jam tiap malam.
Padahal, seperti kita ketahui, tingginya tekanan darah, bisa membunuh Anda! Penelitian lebih lanjut juga membuktikan bahwa orang muda (25-49 tahun) yang kurang tidur, berpeluang terkena serangan jantung. Riset lainnya juga menunjukkan bahwa mereka yang tidurnya kurang dari 5 jam, berpeluang terkena serangan jantung tiga kali lebih besar!
Dan dalam sebuah publikasi tahun 2004 dikatakan bahwa semalam kekurangan tidur saja, menyebabkan beberapa zat beracun dalam tubuh meningkat drastis seperti Interleukin-6 (IL-6), Tumour Necrosis Factor-Alpha (TNF-alpha) dan C-reactive protein (cRP). Padahal, kelebihan zat inilah penyebab utama kanker, arthritis serta penyakit jantung.
Kedua, dari sisi emosi. Pada bulan Oktober 2007, Live Science mempublikasikan hasil penelitian yang dilakukan oleh Matthew Walker, seorang neuroscientist dari University of California di Berkeley yang terkait dengan urusan tidur serta emosi. Apa yang dilakukan? Mereka membagi dua kelompok orang, yang tidurnya cukup serta yang tidurnya sengaja diganggu. Lantas, mereka kemudian menunjukkan pada kedua kelompok ini beberapa puluh gambar, mulai dari gambar biasa hingga gambar yang memancing emosi seperti korban serangan hiu hingga tubuh yang dimutilasi. Sementara itu, reaksi emosi mereka discan pula dengan menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI). Hasilnya, cukup menarik. 60% dari mereka yang kurang tidur, reaksi emosinya menjadi lebih tidak stabil dan tidak terkendali. Selain itu, bagian pre-frontal korteks yakni bagian otak yang berurusan dengan penalaran emosi, juga tidak berfungsi optimal pada mereka yang kekurangan tidur.
Secara umum, kemudian disimpulkan bahwa mereka yang kekurangan tidur, cenderung lebih gampang mudah terpicu emosinya. Lagipula, mereka yang kurang tidurpun menjadi lebih sulit bergembira dan penalarannya kurang optimal lantaran bagian korteks yang mengatur emosi, bekerja lebih sulit.
Apa Pelajarannya?
Inti pembelajarannya sederhana yakni tidurlah yang cukup. Tidur yang cukup berarti 6 jam atau lebih. Dan untuk mengetahui apakah Anda tidurnya cukup atau kurang, salh satu indicator yang kuat adalah dengan menggunakan Epworth Sleepiness Scale ini.
Ada 8 pertanyaan penting sebagai indicator bagi Anda. Cobalah perhatikan, apakah Anda gampang tertidur dan mengantuk pada 8 situasi ini:
(1) Saat duduk dan membaca;
(2) Saat nonton TV;
(3) Sat duduk-duduk di rungan public (nonton film,dll);
(4) Saat duduk sejam di mobil;
(5) Saat duduk-duduk santai di sore hari;
(6) Saat duduk dan ngobrol dengan seseorang;
(7) Saat duduk tenang sendirian setelah makan siang;
(8) Saat di mobil duduk sejenak menunggu sesuatu (misalkan tunggu orang atau lampu lalu lintas). Jika Anda punya 3 hal yang Anda jawab dengan kata YA, maka manurut skala ini, sudah saatnya Anda mulai harus mempertikan jam tidur Anda!
Mulai sekarang, janganlah menjadi orang yang terlalu bergembira ketika Anda bisa terus-menerus bekerja tanpa tidur ataupun tanpa istirahat sama sekali. Hasil penelitian di atas telah menunjukkan bahwa hal tersebut tidak saja berdampak buruk bagi fisik Anda tetapi juga kecerdasan emosi (EQ) Anda.
Tak mengherankan, jika di dunia barat ada istilah bahwa tatkala seseorang marah-marah, maka ia dikatakan “ia tidur di sisi yang sala” (sleeping on the wrong side). Jadi, sejak dulu orang suda tahuada pengaruh tidur terhadap kualitas emosi seseorang. Dan sebenarnya tidak dibutuhkan riset ataupun penelitian canggih untuk membuktikan bahwa, kurangnya tidur Anda, tidak saja berdampak buruk bagi fisik Anda tapi juga mengganggu emosi Anda. Anda sudah sering merasakannya sendiri!
Anthony Dio Martin
Trainer, Inspirator, Penulis buku-buku Bestseller