( pcs)
GambarBarangjmlBeratTotal
keranjang belanja anda kosong
00,00Rp 0

MELONGOK BUDAYA KERJA DI PERUSAHAAN STARTUP ASAL AUSTRALIA

Senin, Oktober 19th 2015.
Melongok Budaya Kerja di Perusahaan Startup Asal Australia

Suasana kantor startup Jora di Australia.

Bekerja di perusahaan startup sepertinya mulai menjadi tren di kalangan generasi millennial. Dengan iming-iming kultur kerja yang lebih fleksibel, tidak kaku, dan imbalan menarik, cukup banyak mahasiswa yang baru lulus atau masih kuliah sekalipun tertarik untuk bergabung dengan perusahaan yang baru berusia kurang dari lima tahun.

Hal yang juga menarik dari perusahaan startup adalah kesempatan yang terbuka lebar untuk merekrut talenta berbakat asal daerah atau negara mana pun. Tidak jarang kita temui karyawan sebuah startup lokal yang berasal dari Malaysia, Singapura, India, dan sebagainya. Sebaliknya, banyak perusahaan startup asing pun membuka pintunya bagi sumber daya manusia asal Indonesia.

Salah satunya Jora, perusahaan startup yang bermarkas di Australia. Startup ini menyediakan informasi lowongan kerja di 17 negara yang dapat diakses gratis dan tersedia di App Store maupun Google Play. Mereka sudah meluncurkan situs dalam Bahasa Indonesia pada bulan Januari 2016.

Untuk mengepalai operasional di Indonesia ini, Jora merekrut Rizka Maydita Tsalasi sebagai Country Manager Indonesia di Jora.

Dalam surel yang diterima InfoKomputer, Rizka mengisahkan pengalaman kerjanya di perusahaan startup di Australia itu, sekaligus menjelaskan budaya kerja di startup yang ada di Negeri Kanguru itu.

Jam Kerja Fleksibel

Menurut Rizka, karyawan di Jora bebas bekerja di mana saja, selama ada koneksi internet dan bisa ikut rapat dengan menggunakan Skype. “Jadi kalau kita sudah memiliki keluarga, keuntungan kerja di startup adalah bisa bekerja dari rumah sehingga lebih mudah mengatur waktu dengan keluarga,” ujarnya.

Secara resmi, lamanya jam kerja memang terbilang standar, delapan jam sehari. Namun, karyawan tidak perlu berada di kantor selama delapan jam. Karyawan bisa datang lebih awal, misalnya pukul 7 pagi dan pulang pukul 3 sore. Dengan demikian, mereka bisa menghidari kemacetan yang padat di pagi hari dan jam pulang kerja.

“Karyawan memiliki otonomi besar, tetapi harus bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan,” Rizka mengingatkan.

Melongok Budaya Kerja di Perusahaan Startup Asal Australia

Suasana kantor startup Jora di Australia.

Keuntungan dari semakin banyaknya startup di Australia adalah bermunculannya lowongan kerja yang mencari kandidat dengan kemampuan bahasa tertentu, seperti Mandarin, Spanyol, Portugis, Perancis, Indonesia, dan semacamnya.

Artinya, semakin banyak peluang untuk mendapatkan pekerjaan di Australia bagi kaum pendatang atau imigran dengan memanfaatkan kemampuan bahasa.

Yang menarik, perusahaan berbasis teknologi biasanya menyediakan sponsor bagi karyawan yang tidak memiliki izin kerja di Australia. Sejumlah developer Ruby di Jora misalnya, berasal dari Tiongkok dan Korea Selatan. Mereka disponsori Jora untuk bekerja di Australia.

Memanjakan Karyawan

Suasana multikultur terlihat kental di Jora yang saat ini memiliki 18 karyawan yang berasal dari negara berbeda. Karena itu, sejumlah acara bertema budaya kerap digelar, seperti potluck (berbagi makanan) dari negara masing-masing.

Perusahaan juga memberi perhatian khusus kepada mereka yang menggunakan transportasi sepeda ke kantor. Di kantor Jora, tersedia fasilitas parkir khusus sepeda dan juga shower untuk menyegarkan diri setelah bersepeda. Hal ini guna mendukung anjuran pemerintah Australia untuk menjaga kebugaran serta mengurangi polusi.

Melongok Budaya Kerja di Perusahaan Startup Asal Australia

Suasana kantor startup Jora di Australia.

Untuk memanjakan karyawan, makanan pokok seperti roti, sereal, teh, dan kopi gratis selalu tersedia kapan saja. Sementara itu, buah segar tersedia dua kali dalam seminggu.

Jora juga membebaskan karyawan untuk mengambil cuti sakit tanpa batas. Ini adalah budaya yang mulai banyak diterapkan perusahaan teknologi di negara maju seperti Amerika dan Australia.

“Fasilitas seperti otonomi dan fleksibilitas kerja sangat penting bagi perusahaan yang ingin terus berinovasi. Tentu hal ini hanya bisa dilakukan jika ada rasa saling percaya bahwa karyawan akan melakukan hal yang benar dan selalu dapat menyelesaikan pekerjaannya,” tutup alumnus UGM Yogyakarta itu.

Produk terbaru

Cek resi

Pengiriman