MATA-MATA RUSIA TERBUKTI BOBOL DAN CURI 500 JUTA AKUN YAHOO
Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendakwa dua agen intelijen Rusia dan dua hacker profesional atas tuduhan meretas dan mencuri 500 juta akun Yahoo pada 2014 sekaligus menjadi yang pertama kalinya pemerintahan AS mendakwa mata-mata Rusia atas tuduhan kejahatan siber.
Sebelumnya, Badan Intelijen AS (CIA) menuduh Rusia juga terlibat dalam aksi kejahatan siber yang terjadi saat pemilihan presiden AS yang akhirnya dimenangkan oleh Donald Trump.
Departemen Hukum AS mencatat ada 47 pelanggaran terhadap ke-4 orang itu yaitu konspirasi, penipuan, spionase ekonomi dan lain sebagainya. Dalam dakwaan tersebut, Badan Intelijen Rusia Federal Security Service (FSB) bekerja sama dengan para penjahat siber.
Dakwaan itu diresmikan di Washington pada Rabu 15 Maret 2017 seraya menambahkan bahwa ini adalah peretasan terbesar yang dilakukan oleh Rusia sepanjang sejarah.
Departemen Kehakiman menyebut aksi mereka dilakukan untuk kegiatan intelijen dan mencari keuntungan finansial.
Dua orang agen FSB yang didakwa itu adalah Dmitry Dokuchaev dan Igor Sushchin yang keduanya berada di Rusia. Menurut kantor berita Rusia Interfax, Dokuchaev ditangkap pada Desember lalu atas tuduhan berkhianat pada negara seperti dilansir Reuters.
Dokuchaev adalah petugas di FSB Center for Information Security atau terkenal dengan sebutan ‘Centre 18’, yang bertugas untuk menginvestigasi peretasan dan kontak penting FBI di Moskow untuk kejahatan siber.
Sementara itu hackernya adalah Alexsey Belan, yang masuk ke dalam daftar most wanted penjahat cyber milik FBI, dan pernah ditangkap di Eropa pada Juni 2013, namun bisa kabur ke Rusia sebelum bisa diekstradisi ke AS.
Hacker lainnya adalah Karim Baratov, pria kelahiran Kazakhstan yang memegang kewarganegaraan Kanada. Menurut Kepolisian Toronto, Baratov berhasil ditangkap di Kanada pada Selasa kemarin.
“Dua petugas itu melindungi, memberi arahan, memfasilitasi, dan membayar hacker kriminal untuk mencari informasi lewat pengacauan komputer di AS dan manapun. Mereka membayar hacker Alexsey Belandan Karim Baratov untuk melakukan serangan itu,” kata Mary McCord (Wakil Jaksa Agung AS).
McCord mengatakan para penjahat siber itu menargetkan pejabat pemerintah AS dan Rusia termasuk mereka yang bekerja untuk keamanan siber, diplomatik, dan anggota militer.
“Mereka juga menargetkan sejumlah wartawan Rusia, beberapa pekerja yang bisa ditarik keuntungan, pekerja di bidang keuangan dan perdagangan,” ujar wakil jaksa agung itu.
Yahoo sendiri sudah pernah menyebut kalau aksi peretasan terhadap jaringannya didukung oleh sebuah negara.