LEADERSHIP: BERANI JADI PEMIMPIN TAK POPULER
Kerja sesungguhnya adalah apabila apa yang diperbuatnya benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh lingkungan yang ada di sekitarnya atau dirasakan oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Populer atau menjadi terkenal karena diperbincangkan banyak khalayak terkadang menjadi suatu kebutuhan buat seseorang termasuk yang sedang menduduki suatu jabatan sebagai pemimpin.
Hal tersebut sesungguhnya merupakan sikap yang wajar dan normal saja. Akan tetapi, jika hal itu menjadi suatu ‘keharusan’ itulah yang menjadi tidak wajar atau tidak pas.
Menjadi populer karena keharusan akan menjadi ‘racun’ dalam kepemimpinannya. Dan hal ini akan mempengaruhi lingkugan dan orang-orang yang dipimpinnya. Berbagai dampak dapat ditimbulkan dari keinginan atau nafsu seorang pemimpin agar popular dan diperbincangkan.
Menjadi pemimpin yang benar-benar mau tulus dan ikhlas bekerja untuk kebaikan dan kepetingan banyak orang, maka dia harus ‘berani’ untuk tidak menjadi sosok yang popular.
Dia akan terus bekerja dan membuat perubahan yang baik meskipun orang-orang tidak melihatnya. Hal yang terpenting baginya adalah orang-orang yang dipimpinnya dapat merasakan kebaikan dari apa yang telah dilakukannya.
Kerja sesungguhnya adalah apabila apa yang diperbuatnya benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh lingkungan yang ada di sekitarnya atau dirasakan oleh orang-orang yang dipimpinnya.
Pemimpin yang unpopular tidak berarti dia tidak melakukan apapun karena orang tidak melihatnya bekerja. Dia juga belum tentu tidak memberikan manfaat bagi banyak orang. Justru dengan kerjanya ia tunjukkan, tanpa membutuhkan pengakuan atau penghormatan dari siapapun.
Oleh karena itu, pemimpin yang berani untuk tidak populer adalah pemimpin yang sudah ‘selesai’ dengan pemenuhan kebutuhan diri. Artinya, saat ini dia tidak lagi memerlukan tepuk tangan atau pujian dari orang-orang lagi.
Dia sudah memilikinya dan saat ini dia hanya ingin memberikan manfaat bagi orang-orang yang membutuhkan tenaganya.
Pemimpin seperti ini masih ‘langka’ di negeri ini. Saat ini kecenderungan pemimpin masih berorientasi diri dan fokus pada keinginan agar apa yang ‘sudah’ dilakukannya ‘dilihat’ oleh orang-orang.
Pada akhirnya dia ingin orang-orang tahu bahwa dirinya pantas untuk dipuji atas apa yang dia rasa telah dia lakukan. Pemimpin seperti ini tentunya akan merasa puas jika memperoleh pujian, tetapi rentan dengan kritikan.
Kritikan baginya adalah suatu ‘hantaman’ yang sangat menyakitkan dirinya dan khawatir dirinya tidak populer lagi dan dapat menjadikan performa kerjanya menurun.
Sosok pemimpin yang berani tidak populer akan dengan tenangnya menerima apapun itu baik pujian atau kritikan sekalipun. Orientasinya bukan lagi terhadap apa yang dikatakan orang, tetapi apa yang telah dia lakukan memberi manfaat bagi banyak orang atau tidak. Kritikan baginya adalah alat untuk introspeksi diri agar dapat menjadi pekerja yang lebih baik lagi.
Dalam suatu institusi, menjadi pemimpin yang efektif tidak harus seorang yang populer. Untuk menjadi populer mungkin saja dapat dilakukan oleh seseorang dengan berbagai cara. Apapun hal yang dilakukannya agar populer tentu akan sangat dipengaruhi oleh motivasi dirinya. Dan hal inipun akan membuatnya suatu saat akan merasa kelelahan karena mengejar popularitas.
Beda Makna
Rebecca Schalm (2010) dalam tulisannya You have to be willing to be an ‘unpopular’ leader menyebutkan bahwa orang-orang yang dipimpin menginginkan pemimpinnya dihargai dibandingkan dengan disukai. Dua hal ini memiliki makna yang berbeda.
Seseorang pemimpin agar dihargai terkadang harus membuat keputusan yang sulit dan terkadang diambilnya tidak disukai orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini dikarenakan dalam setiap aksi, seorang pemimpin terkadang ingin menjadi sosok yang disukai daripada dihargai.
Seorang pemimpin yang hanya menginginkan popularitas akan berharap untuk disukai dibandingkan dengan dihargai, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi efektivitasnya dalam memimpin.
Sosok pemimpin seperti ini akan rela untuk tidak konsisten terhadap apa yang dilakukannya. Dia akan berusaha melakukan tindakan yang cenderung disukai meskipun yang dilakukannya tidak tepat. Pemimpin yang disukai belum tentu menjadi sosok yang dihargai terutama terkait dengan apa yang dilakukannya.
Menjadi populer dan unpopular keduanya tentu akan memberikan konsekuensi masing-masing. Menjadi populer, disukai banyak orang, berusaha baik terhadap orang lain bukan berarti dia sosok pemimpin yang efektif.
Orang-orang yang berada di sekitarnya mulai menyadari apa yang diingini oleh pemimpinnya. Popularitas atau unpopular? Oleh karena itu, mereka akan memenuhi keinginan pemimpinnya. Hal ini akan terlihat dari performa dan kinerja orang-orang yang dipimpinnya.
Karakteristik sosok pemimpin yang unpopular akan lebih fokus terhadap tujuan dan melakukan tanggung jawabnya. Meskipun terkadang keputusan yang diambilnya unpopular atau tidak sesuai dengan keinginan setiap orang.
Meskipun demikian, karakter yang penting untuk dimiliki pemimpin adalah memiliki empati, kemampuan interpersonal yang baik, mudah untuk didiekati, dan baik. Inilah yang juga dapat memberikan kontribusi bagi kesuksesannya.
Jadi pemimpin harus berani dan siap untuk menjadi pemimpin yang unpopular. Walau demikian dia tetap menjalankan tugasnya dengan baik, efektif meskipun terkadang tidak disukai karena keputusan yang diambil bukanlah harapan banyak orang.
Menjadi berani untuk unpopular adalah satu langkah yang tidak mudah untuk dilakukan banyak pemimpin. Keputusan seorang pemimpin meskipun telah dipertimbangkan dengan matang dan bijak tetapi masih akan tetap tidak semua orang yang dipimpinnya menyukai akan hal tersebut.
Oleh karena itu keputusan yang dilakukan terkadang menjadi sulit karena akan mempengaruhi pandangan orang-orang yang dipimpinnya terhadap personal dirinya. Hal ini tentang berdampak pada dirinya, pemimpin akan menjadikannya sosok yang unpopular.
Meskipun demikian pemimpin harus siap dan berani menanggung konsekuensi tersebut karena apa yang telah diputuskan dan dilakukannya adalah untuk kepentingan lebih banyak orang-orang yang ada disekitarnya.
Hal yang terpenting bagi pemimpin sesungguhnya adalah tidak harus menjadi populer. Seorang pemimpin tidak harus menjadi sosok yang dikenali orang-orang karena popularitasnya tapi yang penting adalah karena kinerja dan performa yang bermanfaat itulah pemimpin yang sesungguhnya.
Pemimpin yang unpopular dia akan menjalankan peran dan tugasnya dengan baik. Dia akan mencapai kepuasan dalam bekerja jika dirinya melakukan kewajiban dengan rasa ikhlas dan bertanggung jawab. Pemimpin akan termotivasi untuk selalu bekerja secara optimal tanpa perlu dipublikasikan agar diketahui khalayak banyak tentang apa yang telah dia lakaukan.
Penulis:
Fatchiah E. Kertamuda
Dosen Psikologi Universitas Paramadina