INTELIJEN INDONESIA BISA JADI PEMIMPIN DI ASEAN
JAKARTA – Tantangan untuk menjadi yang terdepan di kawasan Asia Tenggara kini terhidang untuk “disantap” Badan Intelijen Negara yang baru saja mengalami pergantian pimpinan dari Sutiyoso ke Budi Gunawan.
Badan Intelijen Negara (BIN) dapat menjadi “leader” lembaga intelijen di Asia Tenggara jika mampu mereformasi sistem dan kinerjanya menjadi lebih modern, menurut sebuah riset.
Ketua Lembaga Riset Keamanan Sistem Informasi dan Komunikasi atau Communication and Information System Security Research Centre (CISSReC), Pratama D Persadha, mengatakan hal itu di Jakarta, Minggu (11/9/2016).
Menurut Pratama, BIN saat ini masih lebih menggunakan human intelijen atau sumber daya manusia, karena peralatan yang dimiliki masih belum dapat digunakan secara optimal untuk prakiraan kejadian mendatang.
“BIN perlu melakukan reformasi dengan membuat suatu sistem intelijen yang fokus terhadap pencarian informasi dari dunia cyber,” katanya.
Pratama menjelaskan, di era teknologi informasi saat ini hampir semua orang berkomunikasi menggunakan internet, bahkan jaringan teroris pun berkomunikasi menggunakan internet.
Ancaman keamanan negara, menurut dia, saat ini tidak hanya berasal dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri.
“Komunikasinya melalui internet, baik media sosial maupun aplikasi tertentu,” katanya.
Menurut Pratama, jika Indonesia, terutama lembaga intelijennya tidak siap, maka akan terus kebobolan.
Mantan Deputi di Lembaga Sandi Negara ini menambahkan, BIN perlu membuat sistem dengan membangun tim cyber yang beranggotakan personel dengan kemampuan IT mumpuni.
“Pengumpulan informasi dari media-media internet wajib dan harus segera dilakukan untuk prioritas,” katanya.
Pratama mengusulkan, agar sistem dan kinerja BIN mulai digeser dari human intelijen ke signal intelijen yakni mengumpulkan informasi dari media elektronik dan digital.
Human intelijen, kata dia, terkadang subyektif meskipun tetap perlu ada penggabungan antara human intelijen dan signal intelijen.
Pratama melihat, Kepala BIN yang baru dilantik, Komjen Pol Budi Gunawan, cukup peduli terhadap peralatan teknologi informasi dan mulai mengarah pada penggunakan peralatan cyber.
“Pak Budi Gunawan, ketika memimpin Lemdiklat Polri maupun menjadi Waka Polri, sudah membeli peralatan teknologi informasi untuk menangani tugas-tugas mengungkap kejahatan,” katanya.
Pratama berharap, Budi Gunawan dapat mereformasi BIN dengan mereformasi sistem dan kinerjanya yakni membuat sistem intelijen yang fokus terhadap pencarian informasi dari dunia cyber.
Jika BIN memiliki sistem hardware dan software yang sangat mumpuni di bidang teknologi informasi maka akan sangat memudahkan tugas-tgas BIN memberikan laporan-laporan valid, prediksi kejadian-kejadian di masa mendatang.
Pratama optimistis, jika BIN mampu mereformasi sistem dan kinerjanya maka BIN dapat menjadi lembaga intelijen terbesar dan modern yang menjadi “leader” lembaga intelijen di Asia Tenggara.
(Bisnis.com)