FONDASI TRANSFORMASI DIGITAL: DATA DAN PERUBAHAN POLA PIKIR ORGANISASI TI
Memasuki era transformasi digital, divisi TI dalam perusahaan membutuhkan paradigma dan teknologi baru yang dapat memberdayakan perusahaan secara digital. Paradigma dan teknologi tersebut harus memfokuskan pada enabler utama era digital, yakni data. Namun, sebelumnya perusahaan harus memilih di antara dua pilihan.
Data adalah landasan utama dalam transformasi digital. Satu cara untuk merealisasikan manfaat dari transformasi digital adalah dengan memiliki akses yang lebih baik terhadap data yang ada; dan melakukan integrasi dan analisis data untuk menghasilkan insight yang memberdayakan transformasi digital.
Data menjadi “lensa” bersama antara bisnis dan TI untuk dapat membentuk transformasi digital yang mereka jalani, dan akan mengarahkan perusahaan pada hasil apa yang hendak dicapai.
Organisasi TI harus mengubah pola pikir mereka dari yang sebelumnya sebagai pendukung, kemudian menjadi enabler dalam transformasi digital, melalui data. Dengan strategi yang tepat, organisasi dapat membangun fondasi yang kuat untuk transformasi ini dan mempersiapkan bisnis menghadap revolusi digital.
Hal tersebut mengemuka dalam acara konferensi Hitachi Information Forum (HIF) 2016 yang diselenggarakan oleh Hitachi Data Systems (HDS) di Jakarta, Selasa (6/9). Acara yang mengangkat tema “Digital Transformation: Transform Today. Thrive Tomorrow” itu menyajikan aneka praktik terbaik (best practice) transformasi digital yang saat ini sedang menjadi fokus dari berbagai industri di Indonesia, maupun di negara-negara lain.
“Saat ini kita menyaksikan bagaimana setiap bisnis berada dalam tekanan untuk bertransformasi, apakah tekanan itu datang dari jajaran para direksi atau dari kompetisi yang dihadirkan oleh perusahaan-perusahaan baru yang mengubah dinamika di dalam pasar,” kata Suresh Nair (Managing Director, HDS Indonesia).
“Perusahaan saat ini harus mencari cara baru untuk berkembang secara eksponensial, dan transformasi digital adalah jawabannya–karena dapat meningkatkan efisiensi dan mempercepat waktu dengan mengubah proses dan operasional bisnis yang ada, meningkatkan kesetiaan pelanggan dengan customer experience yang baru, dan membukakan potensi pendapatan baru dari bisnis model yang baru,” sambung Suresh.
Dua Pilihan di Awal Era Digital
Dalam pandangan Hubert Yoshida (VP & Global Chief Technology Officer, Hitachi Data Systems) dalam situasi revolusi digital, perusahaan dihadapkan pada dua pilihan: berubah atau menjadi tidak relevan.
“Banyak tim IT saat ini mengambil kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam revolusi digital. Banyak organisasi menambah peran Chief Digital Officer (CDO) dalam organisasi mereka. Namun ada juga yang lambat untuk mengikuti perubahan dan akhirnya hanya menjadi penonton ketika tim TI lain yang dibangun secara paralel dalam organisasi tersebut, yang bisa bekerja secara tangkas dengan memanfaatkan teknologi digital, mengambil peranan yang lebih besar,” papar Yoshida saat berbicara di depan para profesional TI dari aneka sektor industri, seperti perbankan dan pemasaran, yang menghadiri HIF 2016.
Menurut Hu Yoshida, ada celah atau gap yang mendasar antara cara pandang bisnis dan organisasi TI tentang pentingnya transformasi digital bagi perusahaan. Tak pelak, celah itu kian sulit ditutup akibat banyaknya proses, sistem, dan kemampuan legacy yang masih digunakan oleh organisasi TI tersebut.
Pertanyaan kuncinya adalah apakah organisasi Anda siap untuk berubah hari ini untuk meraih kesuksesan di masa depan? Atau, organisasi Anda akan tertinggal di belakang?