EQ MEMANG OYEEE !!!
Minggu lalu memang hari-hari sibuk buat si Nenek Lansia ini. Usai Pilpres, siangnya ke bandara jemput Anthony Dio Martin, yang datang ke Jogja dalam rangka seminar yang diselenggarakan oleh Roemi dan Mirota Group. Tentang Becoming A Star Leader ! Topiknya keren kan ? Menurut Anthony, setiap karyawan yang mau menjadi pemimpin pasti bisa, asal mau mengubah pola pikirnya. Asal mau : WASPADA ! yaitu singkatan dari Wajib belajar – Asah ilmu sampai master – Simak ilmu lain – Pentingkan kontribusi – Andalkan tim – Dalami emosi positif – Antusias !
Esok harinya saya dan Anthony ke Kraton Kilen, audiensi. Menyampaikan buku Toxic Leader kepada GKR Hemas, yang mewarnai buku ini dengan kata sambutan yang menurut saya benar-benar mengena. Antara lain disebutkan, bahwa : kesejahteraan dan kehancuran suatu masyarakat sangat ditentukan oleh para pemimpinnya. Pemimpin yang rusak mengakibatkan masyarakat yang dipimpinnya menjadi rusak juga. Sebuah ungkapan menyatakan, bahwa ikan membusuk dimulai dari kepalanya !
Menurut saya tepat dan benar ! Iya, kan ? Pemimpin memang penting perannya. Mampu mengembangkan tapi juga mampu menghancurkan apa / siapa yang dipimpinnya. Sebaliknya, jika pemimpin itu bijak yaaa……… luar biasa pula dampaknya.
Malam harinya saya bersama Anthony dan seorang mitra ke Gadjah Wong Resto. Terkenal steaknya yang membuat para turis dan penggemar steak ( seperti saya juga ) selalu kembali. Kami, sempat ditemui Pimpinan / Owner nya : Ibu Benedikta Setiyani. Akrab dipanggil Bu Yani. Ketika saya tanya, apa rahasia suksesnya, dengan antusias dan ceria ia bercerita. Seluruh karyawan dianggapnya sebagai mitra, rekan kerja dan bahkan sebagai anggota keluarga. Bukan semata – mata bawahan. Motto nya : Maju dan Berkembang Bersama ! Karyawan diajaknya untuk mengutamakan kenyamanan dan kenikmatan pelanggan. Melalui sikap layanan yang harus bisa mengesankan mereka yang dilayaninya. Membuat pelanggan yang bisa dibuat selalu rindu untuk datang. Juga kepada mereka yang menyiapkan masakan. Tidak diperkenankan memasak dengan emosi negatif. Misalnya dengan perasaan jengkel atau kesal, melainkan harus mengerjakannya dengan suka cita. “Memasak dengan hati” katanya. Menurut Bu Yani, setiap tindakan kita pasti akan berdampak.
Kalau kita memasak dengan hati tidak ikhlas, dengan terpaksa, jengkel atau emosi negatif lainnya, maka yang akan makan masakan kita juga akan merasa tidak enak, tidak sedap bahkan tidak nyaman. Begitulah, semua karyawan diberinya pengertian agar memiliki kesadaran untuk mencapai target yaitu membuat pelanggan terkesan. Dari yang memasak sampai yang melayani dilakukan dengan hati, menjadi prinsip dan alat untuk meraih tujuannya.
Disini kita bisa melihat, bagaimana pentingnya memiliki kecerdasan mengelola emosi. Dalam hati saya berkata : lha ya ini… yang diajarkan Anthony Dio Martin dalam pelatihan-pelatihan maupun yang ditulisnya pada bukunya tentang EQ / Kecerdasan Emosi ( hehehe ). Saya juga ingat apa yang dikatakan Laurent Prasetya ( Hidup Itu Indah ). Bahwa kita bisa meraih target dengan sukses, sebagai cita-cita dimasa depan serta menghasilkan buah yang berlimpah, bila kita mampu menjadi pribadi yang INSPIRATIF, ENERGIK, HUMORIS, PERCAYA DIRI, DAN SETIA. Selanjutnya dikatakan, bahwa kita tidak hanya mencapai target, melainkan juga belajar untuk menghidupi kebersamaan, hidup dengan orang lain yang beragam. Berbeda satu dengan yang lain. Keberagaman itu harus dihidupi dengan semangat suka cita. Keberagaman yang ada diantara karyawan maupun keberagaman diantara pelanggan. Semua harus dihidupi dengan ketulusan dan suka cita ! Benar – benar hebrink, kan ?
Saya menyimpulkan, begitulah yang menjadi prinsipnya untuk meraih target keberhasilan. Wah, andai semua pemimpin ( baik perusahaan maupun organisasi apa saja ) bisa memiliki mindset, pola pikir dan semangat demikian alangkah hebat dampak yang dihasilkannya. Pembaca sependapat kan ? Jelaslah bagi kita bahwa EQ atau Kecerdasan Emosi itu dahsyat ! Ya : EQ MEMANG OYEEE !!!
Diterbitkan di Rubrik Ketenagakerjaan Harian Kedaulatan Rakyat, Rabu 16 Juli 2014
Magdalena Sukartono. Praktisi, konsultan SDM, Trainer, Kolumnis Tetap Rubrik Ketenagakerjaan Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Pengelola Lembaga Pengembangan SDM Abisatya Paramitra. Lahir di Mayong, Jepara 5 Oktober 1938 dan telah memberikan lebih dari 2.000 kelas di berbagai wilayah di Indonesia.