DANNIE YO: BERAWAL DARI KUNJUNGAN DOKTER, LAHIRLAH LOKADOK

Dannie Yo (CEO dan Founder LokaDok). [Foto: Abdul Aziz/InfoKomputer]

Menjadi dokter adalah panggilan hati. Seseorang harus memiliki keinginan yang kuat dan passion yang tinggi untuk membantu orang lain. Namun, membantu orang lain bukan hanya melalui profesi dokter semata. Semangat inilah yang dimiliki Dannie Yo melalui aplikasi LokaDok buatannya.

Dannie menuturkan, ide menciptakan aplikasi LokaDok terinspirasi saat sang istri sakit. “Saat itu istri memiliki myoma dan kami melakukan kunjungan lanjutan ke salah satu dokter di daerah Jakarta Selatan. Namun setibanya di sana, ternyata dokter tersebut tidak praktek di klinik tersebut [pada] hari itu,” ujar Dannie. Hal ini “diperparah” oleh ketidaktahuan staf klinik terhadap jadwal pasti sang dokter tersebut saat berada di luar klinik.

Namun situasi tersebut justru memunculkan ide bagi Dannie untuk melahirkan aplikasi LokaDok. Alumnus Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) Australia ini pun merancang aplikasi internet yang memudahkan pasien mencari lokasi praktik dokter langganan atau dokter lain yang terdekat. Layanan LokaDok sendiri bisa diakses di www.lokadok.co.id melalui PC maupun telepon seluler.

Layanan ini menurut Dannie akan membantu pasien menemukan dokter terdekat secara mudah sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan. Pasien juga bisa menelusuri latar belakang pendidikan dan prosedur medis yang bisa ditangani sang dokter. Dannie menyebut jumlah dokter yang terdaftar di LokaDok mencapai 160 ribu dokter pre-listed. Data tersebut ia dapatkan dari catatan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).

Manfaatkan Media Sosial

Awal tahun 2015 menjadi waktu yang tepat bagi Dannie untuk memulai pembuatan aplikasi booking instan dokter ini. Launching pertama aplikasi LokaDok terjadi di bulan Juli 2015. Kala itu, layanannya belum disertai fitur booking.

Secara total, Dannie membutuhkan waktu sekitar sembilan bulan untuk pembuatan aplikasi LokaDok. Sekitar empat bulan ia habiskan untuk tahap pertama dan ditambah lima bulan lagi untuk pengembangan fitur booking. “Saat ini kami juga masih terus mengembangkan fitur-fitur baru,” tukas Dannie.

Pengembangan software semuanya dikerjakan sendiri oleh Dannie. Sementara sang istri, Shanney Indhira, ikut membantu dalam hal marketing. “Namun kami [juga] memiliki tim yang membantu dalam entry data dokter, perlengkapan data dokter, dan telemarketing [untuk] mengajak dokter bergabung,” tutur ayah tiga putra ini.

Dannie mengaku untuk mempromosikan aplikasi buatannya ini awalnya ia lakukan melalui media sosial, seperti Facebook dengan iklan dan posting. Dannie mengungkapkan, pada awalnya sekitar 100 – 200 dokter saja yang tergabung. Namun LokaDok berkembang cukup pesat dan feedback dari para dokter juga cukup positif. “Mereka menilai LokaDok sangat membantu mereka karena mereka dapat menampilkan info praktiknya,” ujar Dannie

Pernah Kuliah Kedokteran

Sebelum berkiprah di LokaDok, Dannie berkecimpung di bisnis TI dari tahun 2009 hingga 2014.

Ketika itu Dannie terbilang sukses menggiring perusahaannya dan mendapatkan banyak penghargaan dari para vendor. Ia dinilai berhasil meskipun tergolong perusahaan muda yang beroperasi di bawah lima tahun.

Namun jika ditelisik lebih jauh, Dannie ternyata pernah mengenyam bangku kuliah kedokteran selama dua tahun. Ia mengaku tidak memiliki passion di bidang itu.

“Dulu karena orang tua yang menginginkan [kuliah kedokteran],” ujarnya. Ini wajar mengingat orang tua Dannie pun berprofesi sebagai dokter. Seorang kakaknya pun sukses menjadi dokter, demikian pula sepupu-sepupunya. Bisa dibilang darah kedokteran mengalir kental di keluarga Dannie.

Karena kurang begitu berminat di bidang kedokteran, Dannie pun memilih kuliah di bidang TI dan sempat membuka perusahaan bernama Global Sarana Informatika.

Berkembang Pesat

Meski belum genap satu tahun beroperasi, jumlah dokter yang tergabung di LokaDok kini sudah mencapai 1.700 dokter dari seluruh Indonesia. Sebagian besar dokternya berasal dari wilayah Jakarta dan berprofesi sebagai dokter gigi. Hal ini menurut Dannie disebabkan karena kebanyakan dokter gigi selain melakukan praktik di rumah sakit juga membuka praktik di klinik.

Selama mengelola LokaDok, Dannie pun kerap menemui rintangan. Misalnya saja saat memasukkan data real 160 ribu dokter pre-listed, kinerja server menjadi sangat berat. Namun Dannie mengaku sudah menemui jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.

LokaDok, meskipun menawarkan fitur gratis yang memungkinkan dokter menampilkan profilnya, juga memiliki fitur Booking Perjanjian Online. Fitur ini menurut Dannie akan membantu pasien melakukan booking perjanjian. Di sini pasien akan mendapatkan kemudahan seperti fleksibilitas waktu, langsung tanpa harus menelepon ke klinik. Juga tersedia reminder dengan Google Calendar untuk memastikan jadwal tak telewatkan.

“Kami mempersiapkan sistem yang stabil, andal, dan kami mengunggulkan pencarian berdasarkan lokasi. Jadi pada awalnya, pendataan yang akurat sangat diperlukan. Semua lokasi kami pastikan akurat berdasarkan posisi bujur dan lintangnya,” jelas penerima Golden Key of Honour Society (penghargaan bagi 15% pelajar dengan prestasi teratas) tahun 2002 ini.

Pria yang telah berkecimpung di ranah TI sejak tahun 2000 ini mengungkapkan jika pemasukan yang didapatkan LokaDok berasal dari para dokter yang melakukan upgrade ke fitur premium, serta klinik/rumah sakit yang menggunakan layanan LokaDok dan menjadi pelanggannya. Ia menambahkan bahwa hingga saat ini, sudah ada sekitar empat ratus dokter yang menggunakan fasilitas premium ini.

“Tarif premiumnya berkisar 300 ribu untuk biaya bulanan,” ujar pemegang sertifikat CCDP (Cisco Certified Design Professional) ini. Selain premium, LokaDok juga menyediakan fitur model free style selama satu bulan. Fitur free style ini mirip model voucher, jadi dalam voucher tersebut diberikan saldo booking yang sudah ditentukan (misal sepuluh kali booking) selama satu bulan.

Nantinya, Dannie berencana akan melakukan launching produk terbaru LokaDok untuk healthcare system, seperti klinik dan rumah sakit. Dannie berharap, sistem yang akan ia kembangkan dapat membantu dan memfasilitasi rumah sakit dan klinik yang masih menggunakan sistem booking manual.

“Selain itu kami akan membangun suatu sistem yang saling terhubung antar dokter dan penyedia layanan kesehatan penunjang lainnya, seperti apotek dan laboratorium,” pungkasnya.