CERDAS EMOSI 2016
Di akhir tahun 2015 Anthony Dio Martin, The Best EQ Trainer Indonesia, yang sudah saya anggap sebagai anak sendiri, berkirim foto diri disertai puisi berjudul HIDUPILAH 2016. Dikirim lewat WA selagi ia dan keluarganya berlibur akhir tahun di Korea. “ Mom, saya kirim ini dan Mom yang pertama. Baru saya buat tadi…” Sungguh membuat hati lansia ini tersentuh disertai rasa bahagia. Benar… selang beberapa saat kemudian saya baca puisi ungkapan hatinya dan ucapan selamat Tahun Baru yang berisi pesan, telah diunggah di FB, instagram dan berbagai media sosial lainnya. Inilah puisi dan pesannya yang berjudul HIDUPILAH 2016 :
Setiap hari berjanjilah. Hiduplah secara penuh.
Jangan menyia-nyiakan.
Ketika ada kesempatan travelling… travellinglah…
Luangkan waktu bersama keluarga lebih banyak.
Karena merekalah yang bersamamu… di saat-saat terakhirmu.
Jangan kamu simpan barang–barang yang akan kamu pakai di masa mendatang …
Sebab kamu mungkin tidak akan pernah memakainya.
Hargailah pertemanan dan persahabatan ..
Jangan hidup dengan apa yang terjadi di masa lampau.
Jangan hidup mencemaskan apa yang belum terjadi….
Juga hari-hari yang belum tentu kamu miliki.
Lakukanlah yang terbaik hari ini…
Itulah cara terbaik menjamin masa depanmu.
Selain itu HIDUPLAH SECARA PENUH..
Begitu membacanya, airmata saya menitik…. Hanyut dengan kata–kata “JANGAN HIDUP MENCEMASKAN DENGAN APA YANG BELUM TERJADI…. JUGA HARI–HARI YANG BELUM TENTU KAMU MILIKI”. Yah, benar… banyak orang yang mencemaskan hari-hari yang belum tentu kita miliki. Hari–hari mendatang, esok hari atau masa depan.
Saya teringat dengan kejadian–kejadian di seputar saya… Dalam kehidupan khususnya dunia kerja. Yang sifatnya nasional maupun lokal. Beraneka ragam hal yang mencemaskan masa depan atau hari–hari mendatang. Bayangkan apa yang kita tahu baru–baru ini. PHK terjadi dimana-mana. Seperti diberitakan, menurut catatan KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Ada 62.321 orang pekerja/karyawan yang di PHK di 14 propinsi. Dan selama Januari–Agustus 2015 tercatat 514.000 orang yang menggunakan JHT (Jaminan Hari Tua). Itu catatan, artinya yang diketahui dari mereka yang melapor atau terdaftar. Belum termasuk mereka yang kena PHK dimana–mana yang tidak melapor dan tidak diketahui. Sebagian besar dari mereka pasti mencemaskan masa depannya. Yes…, bagaimana pendapat Anda ?
Masalah yang ada di dunia kerja bukan hanya masalah PHK yang menimbulkan kecemasan. Ada banyak hal dan masalah, baik dari pihak pimpinan maupun karyawan yang pasti mengherankan dan sulit dipercaya, Hehee… apa itu ya ? Aneh tapi nyata, deh ! Ada perusahaan dengan 200 karyawan tak pernah mengenal agenda meeting. Semua hanya berupa pemberitahuan kepada tim, staf atau koordinator jika ada hal yang dianggap penting. Heran ? Tapi itu fakta, karena saya mendapatkan info dari sumber yang terpercaya. Kadang semua oke- oke saja, tetapi sering juga terjadi kekacauan karena salah komunikasi atau salah persepsi.Ada atasan ( manajer , supervisor) dengan 50 an anak buah tidak saling mengenal. Ada manajemen yang dilaksanakan dengan cara seperti yang kita kenal dengan istilah management by accident…. Baru diurus dan dipermasalahkan setelah terjadi miskomunikasi yang berakibat kekacauan. Ada Manajer bahkan Direktur perusahaan dengan 100 orang karyawan yang tidak pernah menyusun program atau perencanaan di akhir tahun untuk dilaksanakan di tahun berikutnya. Suatu saat saya bertemu seorang teman pengusaha. Saya bertanya, apa yang akan jadi rencana di tahun berikutnya , dengan senyum ia menjawab :“Menggelinding saja, bu Lena ” Ketika saya tanyakan, apakah ada laporan tahunan atau tutup buku yang dilakukan ? Jawabnya : “Oooo… pasti ada. ., tapi kami langsung berjalan meneruskan kebijakan yang sudah ada. Paling berunding mencari tahu apa yang menyebabkan perusahaan merugi…” Ketika saya tanyakan : “Tak ada target yang lebih besar dari tahun sebelumnya ? “ Jawabnya santai : “ Ya, ada. Kami naikkan sedikit atau paling tidak ya sama dengan tahun sebelumnya. .. Beruntung kalau bisa lah.. Kalau gagal, ya nasib namanya….”
Wuiih… unik, ya ? Apakah ini yang disebut manajemen “adem ayem ? Artinya sejuk & tenteram ? “ Bohohoo…. Saya berpikir, apakah hal ini juga terjadi di perusahaan – perusahaan lain ? Yang pasti tidak terjadi di perusahaan – perusahaan nasional apalagi multinasional. Iya, kan ? Tapi itu benar-benar terjadi pada perusahaan – perusahaan keluarga di daerah, yang dipimpin langsung oleh owner / pemiliknya.
Suatu ketika seorang teman saya bercerita, ketika ia memberi pelatihan di sebuah perusahaan agar melaksanakan PDCA ( Plan Do Check Action ), hasilnya: untuk beberapa waktu ( beberapa bulan ) dilaksanakan, kemudian sirna tak berbekas ? Mengapa ? Karena atasan mereka juga malas bekerja dengan cara PDCA. Tidak telaten kalau setiap hari harus membuat perencanaan, kemudian melakukan evaluasi Lebih mantap dengan cara kerja mengalir seperti air. Melakukan tugas hari ini dengan melanjutkan tugas hari kemarin. Titik ! Duilah … pasti itu komentar Anda, bukan ? Hehehe…
Baru-baru ini, jelang berakhirnya tahun 2015 saya dikejutkan dengan telepon seorang relasi, pembaca rubrik saya. Seorang wanita lulusan S2 Luar Negeri. Ia bercerita, bahwa ia telah gagal mengelola perusahaan ayahnya yang dipimpinnya selama 5 tahun. Perusahaan sekarang diambang kebangkrutan. Sekitar 50 % pekerjanya resign dan diupayakan untuk resign. Manajemen diambil alih ayahnya yang menyerahkan kepada kakaknya. Relasi saya ini melalui telepon, berkata kepada saya: “ Bu Lena, sekarang saya coba-coba untuk marketing, menawarkan produk asuransi, tapi gagal. Saya sungguh menyesal telah menghancurkan perusahaan ayah saya, andai nasi sudah menjadi bubur, ya ? Duuh… kok saya dulu tidak mengikuti saran teman – teman saya ? Supaya bekerja dengan perencanaan, melakukan management by walking, rutin melakukan kontrol dan mengambil tindakan tegas dalam kasus – kasus yang merugikan perusahaan ? Bu Lena bisa membantu beri info kalau ada pekerjaan yang cocok untuk saya ? “ Ia juga bercerita, bahwa salah seorang stafnya / Manajer Keuangan yang sangat dipercaya, juga resign dan ternyata sekarang malah bisa memiliki usaha dan menjadi kaya.
Dug ! Berdegup hati saya. Mencarikan pekerjaan bagi seorang mantan GM ? Berbagai perasaan membaur : terharu – trenyuh – kasihan – sedih…. Inilah yang membuat saya terinspirasi untuk membuat pesan bagaimana kita bisa tidak mencemaskan masa depan….. Saat saya membaca dan menghayati pesan & puisi HIDUPILAH 2006 dari Anthony Dio Martin, saya tergugah untuk membuat pesan CERDAS EMOSI 2016 yang kemudian saya kirim ke teman, relasi dan group yang ada di HP saya, serta saya unggah di FB dan Instagram. Saya ikuti jejak Anthony Dio Martin, The Best EQ Trainer Indonesia, yang sudah saya jadikan anak saya, dan sesungguhnya juga menjadi “guru EQ “ saya dalam mengembangkan kecakapan / kecerdasan emosi dalam kehidupan saya.
Inilah 10 poin hasil pemikiran saya, yang saya kemas berupa pesan dengan judul CERDAS EMOSI 2016 :
1. Renungkan tahun lalu, buat evaluasi dan syukuri.
2. Yang indah jadikan kenangan. Yang sukses jadikan pedoman.
3. Yang gagal jangan diratapi. Jadikan pengalaman agar tak terulang lagi.
4. Buat mimpi dan program baru.
5. Bangkitkan antusiasme dan berpikir positif.
6. Tumbuhkan rasa optimis, tapi realistis.
7. Susun strategi.
8. Siapkan tim yang sinergi.
9. Networking yang satu visi.
10. Jangan menunda: segera mulai !
Nah, Pembaca, itulah pesan saya, agar kita berhati-hati, menghindari kegagalan, mencegah kehancuran dan menjauhkan kecemasan. Kepada Pembaca saya ucapkan Selamat Tahun Baru. Mari kita semua dengan semangat menyambut tahun baru ini dengan CERDAS EMOSI 2016.
Magdalena Sukartono. Praktisi, konsultan SDM, Trainer, Kolumnis Tetap Rubrik Ketenagakerjaan Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Pengelola Lembaga Pengembangan SDM Abisatya Paramitra. Lahir di Mayong, Jepara 5 Oktober 1938 dan telah memberikan lebih dari 3.000 x pelatihan di berbagai wilayah di Indonesia.