BLESSINGS IN DISGUISE : PELAJARAN PENTING MELIHAT BERKAH TERSEMBUNYI DIBALIK KESULITAN HIDUP ANDA!

Oleh:
Ferry Wijayanto, training specialist HR Excellency & Miniworkshopseries Indonesia

“What seems to us as bitter trials are often blessings in disguise”
-Oscar Wilde-

Secangkir Tiramisu panas menemani saya sore ini. Langit senja terselimuti pekatnya hitam malam hari. Awalnya saya sendiri bingung harus menulis apa, namun kalimat “ Blessings in Disguise “ terus menari – menari di dalam kepala saya. Sering kali kita mendengar bahwa dibalik setiap masalah yang kita hadapi pasti ada hikmah tersembunyi. Sebagai Manusia biasa, ketika sedang menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan ini pasti kita akan berteriak dan mungkin akan mengeluh WHY, mengapa kita harus mengalami cobaan yang terkadang berat untuk kita hadapi. Oleh karenanya yang ada kita hanya akan meratapi kemalangan, kesialan yang ada bahkan kita akan menyalahkan diri sendiri, mengutuki orang lain, bahkan alam dan lingkungan pun turut disalahkan.

Pada bulan Januari 2015 saya menerima kabar yang mengejutkan. Mama Saya terdiagnosa sakit kanker paru – paru dan kata dokter Stadium 4. Sebagai seorang anak, tentu saja ini suatu pukulan yang berat. Apalagi, mama saya menderita penyakit yang sama dengan papa saya dimana pada akhirnya papa meninggal dunia 8 tahun silam lalu. Tidak menyangka bahwa mama saya yang tadinya sehat bugar ternyata mengidap kanker paru – paru.

Hasil diagnosa dokter tersebut tidak hanya mengejutkan saya dan adik – adik saya tapi juga seluruh keluarga mama dan alm. Papa saya. Mama saya beberapa kali harus masuk rumah sakit karena kondisi nya terkadang bisa saja tiba – tiba ngedrop sehingga harus keluar masuk ruangan ICU.

Nah dengan kondisi yang ada saat ini mengapa saya masih bisa bilang ada “ Blessings in disguise “?“ Blessings in disguise “ itu sendiri kalau diterjemahkan secara bebas, artinya adalah: berkah yang tersembunyi, atau tidak tampak.Apakah berkah-berkah yang saya rasakan?

Blessings pertama yang bisa saya sharingkan adalah terjadinya EMOTIONAL RECONCILIATION diantara saya beserta adik – adik dengan mama dan khususnya antara mama dengan saudara – saudaranya. Dengan mereka mengetahui mama saya sakit kanker, Baik kakak dan adik – adik yang sudah lama tidak berkomunikasi satu dengan yang lain pada akhirnya mereka berkoordinasi satu dengan yang lain mengenai perawatan dan pengobatan mama saya.

Komunikasi yang selama ini sempat “ mati “ selama belasan tahun namun pada akhirnya kembali terbangun komunikasi.Meski mungkin tak mudah pada awalnya bagi masing – masing paman dan tante saya untuk kembali berkomunikasi satu dengan yang lain.

Untuk saya sendiri, rekonsiliasi terjadi ketika berada di rumah sakit, saya membelikan dan menyuapi mama dengan pecel ayam. Saya jadi teringat ketika sewaktu kecil, saya sering disuapi oleh mama ketika makan dengan ayam goreng. Setelah selesai makan, saya ngobrol berdua dengan mama. Suatu hal yang tak pernah saya kira akan terjadi dikarenakan sebagai seorang anak,saya pernah mempunyai perasaan tertolak oleh mama saya. Sungguh mukjizat pemulihan hati itu nyata saya rasakan.

Blessing yang kedua adalah Emotional AWARENESS. Didalam situasi dan kondisi ketika mama saya terdiagnosa kanker paru – paru dan dokter pun mengatakan bahwa melihat kondisi kesehatan mama yang saat ini, maka harapan untuk bisa bertahan hidup kurang dari 10% membuat semua keluarga shock, sedih maupun marah. Dikarenakan akibat timbunan emosi yang begitu banyak dipikiran sehingga membuat semua orang menjadi sensitif, gampang marah dan tersinggung. Bisa dikatakan terkena efek H-A-L-T yang banyak dibicarakan dalam training Kecerdasan Emosional yakni Hungry-Angry-Lonely-Tired.

Oleh karena kemarahan yang bersumber dari hal sepele, namun terakumulasi dan bertumpuk sehingga tumpah keluar dalam bentuk sumpah serapah, makian, atau bahkan bisa juga dalam bentuk tindakan fisik. Dalam situasi seperti ini, saya menjadi lebih peka terhadap thermometer emosi diri sendiri dan juga orang lain. Ketika saya merasa thermometer emosi saya sudah mulai naik, saya akan segera diam atau mundur dari situasi yang memanas. Biasanya saya akan segera cuci muka dan minum segelas air putih.

Dibalik sikap introvert mama saya yang lebih suka berada di dalam rumah dibanding bergosip dengan tetangga lainnya, ternyata banyak tetangga bahkan orang yang tidak saya kenal, datang membesuk ke rumah sakit dan juga turut mendoakan kesembuhan mama saya. Bahkan ketika saya sedang membeli pecel ayam, pernah ada seorang ibu yang menghampiri dan bertanya mengenai kondisi mama saya. Ibu tersebut lalu bercerita bagaimana kesan mama saya dimata beliau. Ternyata dibalik sikap introvertnya, mama saya seseorang yang helpful dan tidak mengeluh dengan kondisi atau permasalahan yang sedang dihadapinya termasuk penyakitnya.

Last but not least, Saya pribadi menjadi semakin dekat kepada Tuhan. Berserah kepadaNya. Blessings lainnya adalah dukungan dan support dari orang lain. Baik dari tetangga, teman kerohanian, teman kantor, teman sepermainan dan juga teman kuliah. Mereka memberikan support baik materiil dan non materiil sehingga saya dan adik – adik saya tetap semangat dan tidak merasa sendirian. Thanks to them…

Problems CAN make us as a WINNER not a WHINNER.