BISNIS DATA CENTER JADI FOKUS UTAMA TELKOMSIGMA DI TAHUN 2016
Judi Achmadi (Presiden Direktur, Telkomsigma)
Di tengah kondisi ekonomi yang pasang-surut, Telkomsigma melakukan transformasi bisnis demi mewujudkan visi untuk menjadi “The King of IT Service Company in the Region”.
Kalau dulu Telkomsigma dominan bermain di sektor swasta, kini konsumennya lebih banyak dari pemerintah dan BUMN. Model capex (capital expenditure) diubah menjadi opex (operational expenditure) yang berjangka lebih panjang, hingga lima tahun dengan pembayaran bulanan.
Bisnis SI (system integrator) yang menjadi tulang punggung selama ini akan dikurangi porsinya, dari 50% menjadi 45%. Sementara itu, bisnis data center yang pada tahun 2015 menyumbangkan revenue sebesar 35% akan digenjot. Sedangkan porsi bisnis managed service tetap di angka 15%.
Perubahan strategi bisnis itulah yang diungkapkan oleh Judi Achmadi (CEO, Telkomsigma) dalam bincang-bincang santai di Jakarta beberapa waktu lalu.
Salah satu cara menggenjot pendapatan dari data center yang dilakukan Telkomsigma adalah dengan memperluas kapasitas. Target tahun 2015, yakni kapasitas data center 100 ribu meter persegi, telah dicapai. “Tahun 2016 akan dikejar penjualannya. Salah satu strateginya dengan akuisisi,” terang Judi.
Siapa yang diakuisisi? Adalah Cyber Data Center yang berlokasi di Jakarta. “Kami ambil alih 55% kepemilikan. Cyber akan menjadi data center yang mengelola seluruh data center tier-2 Telkomsigma. Mayoritas ditujukan untuk melayani ISP lokal. Diharapkan data center akan menjadi sumber revenue sebesar 40%,” papar Judi.
Akuisisi ini, kata Judi, dilakukan karena adanya kebutuhan dari pelanggan. Selama ini, Telkomsigma memang kuat di bidang private cloud dengan layanan Always On. “Tapi, kapasitasnya sudah habis, digunakan oleh beberapa BUMN,” kata Judi. “Untuk melayani segmen bawah, paling cepat melalui akuisisi. Cara handling-nya beda dengan korporasi. Harga harus di bawah Amazon [Web Services/AWS],” tambahnya.
Tumbuh di Atas Rata-rata Industri TI
Hebatnya, pada tahun 2015, perusahaan yang berdiri tahun 1987 ini mengalami pertumbuhan bisnis di atas rata-rata industri TI. “Kami tumbuh 40%, sedangkan industri bisnis TI rata-rata tumbuh 20%,” ungkap Judi bangga. “Sejak dibeli (Telkom) tahun 2010, revenue (Telkomsigma) tumbuh 10 kali lipat,” imbuhnya.
Sedangkan untuk tahun ini, Telkomsigma menargetkan mencapai pertumbuhan dua digit di tiga hal, yakni pada revenue, laba operasi, dan laba bersih, seperti yang telah dicapainya pada 2015. Target revenue tahun 2016 adalah di atas Rp3 triliun, atau meningkat dibandingkan pencapaian 2015 yang masih di bawah Rp3 triliun.
Strategi akuisisi masih dipakai untuk menggenjot pertumbuhan pemasukan. Setelah mengakuisisi 55% kepemilikan Cyber Data Center, rencananya masih ada tiga perusahaan lagi yang akan diincar kepemilikannya oleh Telkomsigma.
Judi mengatakan bahwa tiga perusahaan lokal yang diincar tersebut terdiri dari dua perusahaan di bidang managed services dan satu perusahaan system integrator. Kapan akuisisi itu akan dilakukan? “Akhir tahun, Desember 2016,” kata Judi. Tapi, ia menolak menyebutkan nama-nama perusahaan yang akan diambil alih itu.
