BEDANYA PERLAKUAN WARGA JERMAN DAN INDONESIA TERHADAP ORANG DISABILITAS
Banyak orang yang masih berpikiran bahwa orang Jerman sangat rasis dan mendiskriminasikan orang yang ‘berbeda’ karena sejarah kelam Nazi. Hal itu karena di zaman Nazi, orang disabilitas akan dikumpulkan ke dalam ruang gas untuk dibunuh. Sekarang, Jerman adalah salah satu negara yang mengintergrasikan orang disabilitas ke masyarakat. Bahkan menteri keuangan Jerman, Wolfgang Schäuble, menggunakan kursi roda.
Hal ini merupakan suatu kewajaran untuk orang disabilitas bisa bekerja di Jerman. Pemerintah Jerman menetapkan sebuah kuota khusus untuk orang disabilitas di perusahaan yang memiliki lebih dari 20 pegawai. Apabila perusahaan tidak bisa memenuhi kuota ini, perusahaan tersebut harus membayar denda minimal 105 euro (kurang lebih 1,5 juta rupiah). Di Jerman, orang disabilitas juga mendapatkan kompensasi dari pengadilan kerja (Arbeitsgericht). Kompensasi ini bisa berupa uang yang ‘menggenapkan’ uang gaji mereka apabila mereka tidak bisa bekerja full-time ataupun dua hari cuti extra per tahun dibandingkan teman-teman kerja mereka yang normal.
Jika mereka membutuhkan sokongan finansial tapi karena menyandang disabilitas berat, mereka bisa mendaftarkan diri untuk sebuah asuransi ‘tidak bisa kerja’. Untuk mendapatkan semua jenis bantuan, mereka membutuhkan asuransi kesehatan ataupun perawatan yang disediakan negara. Namun pasti ini membutuhkan surat khusus, seperti surat disabilitas dari dokter spesialis.
Terkadang orang disabilitas juga kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah seperti mengepel lantai rumah dan menyusun tumpukan kardus di gudang. Seseorang untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah dan juga merawat orang lain disebut sebagai juru rawat (atau dalam bahasa Jermannya, Pfleger(in)). Juru rawat ini mirip seperti suster di Indonesia, mereka memiliki pendidikan khusus untuk merawat orang disabilitas. Biaya untuk Pfleger(in) harus ditanggung sendiri atau bisa sebagian ditanggung asuransi kesehatan dari negara.
Untuk sehari-hari, orang disabilitas di Jerman memiliki bantuan langsung dari infrastruktur. Contohnya, tempat parkir khusus, bus yang bisa miring agar orang dengan kursi roda bisa gampang naik dan lampu merah dengan suara agar orang yang rabun tahu tidak boleh menyebrang.
Indonesia juga harus bisa memberdayakan dan merawat semua orang, termasuk orang disabilitas. Selamat hari penyandang disabilitas nasional, guys!