ARUS DATA BISA DILACAK – KISRUH SISTEM APLIKASI SMA 3
SEMARANG TENGAH -Pendekatan digital forensik harus diterapkan untuk mengungkap persoalan input data SMA3 Semarang. Arus lalu lintas data dari pengguna (user) di dalam komputer sekolah dapat dilacak melalui sistem login.
Hal itu disampaikan Ketua Communication and Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, kemarin.
Menurutnya, audit dapat dimulai dari SMA 3, karena hanya satu sekolah yang diduga bermasalah. ”Jika hanya terjadi di satu titik, maka audit dimulai dari titik itu. Tapi kalau banyak sekolah, masalahnya di server penerima. Kalau hanya satu, mungkin ada masalah di jaringan pengiriman komputer sekolah,” katanya.
Pakar riset keamanan siber ini mengungkapkan, untuk menelisik persoalan tersebut melalui pendekatan digital forensik diperkirakan hanya perlu waktu sekitar 10-30 menit. Jejak-jejak lalu lintas data, jaringan, dan server bisa dilacak. Sistem digital, katanya, memudahkan dalam penelusuran apabila terjadi kesalahan. ”Tidak perlu gaduhlah menanggapi persoalan ini.
Semua harus berpikir jernih untuk mencari penyebabnya. Secara umum bisa ditebak ini persoalan jaringan di user, tapi kan perlu pembuktian dahulu,” ungkapnya.
Dari audit forensik dapat diketahui letak kesalahan. Jika sudah diisi di mana bagian itu hilang atau kosong dan penyebab yang membuat data hilang. Dapat juga diketahui, bagian itu sudah diisi atau belum oleh pihak sekolah.
Dari analisa Pratama, sistem tersebut tidak selalu terkoneksi secara online seperti pada layanan e-commerce, sehingga tanggung jawab pengisian data ada pada sekolah. Setelah input selesai, data akan dikirim ke server. ”Audit forensik nantinya akan mengurutkan perjalanan file dari sekolah sampai server. Jadi auditnya menyeluruh,” imbuhnya.
Sejauh ini pihak SMA 3 Semarang mengklaim telah memenuhi prosedur pengiriman dan mengisi semua data yang diperlukan ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Namun, dari panitia SNMPTN tidak menerima data tersebut, sehingga ada kolom yang kosong. ”Bisa jadi ada kendala berupa virus dan gangguan jaringan ketika mengirim, sehingga data tidak sampai. Itu bisa saja terjadi dari sistem yang berada di user,” ujarnya.
Sistem SKS
Humas Yayasan Pendidikan Nasional Karangturi Irawan Nirwanto mengakui SMA yang dinaungi yayasan ini menyelenggarakan pendidikan model sistem satuan kredit semester. Tahun ini bahkan 230 siswa dari sekolah ini melaksanakan pola SKS.
Pembelajaran berjalan sesuai ketentuan dengan hasil capaian yang menggembirakan. ”Hanya saja di kalangan siswa kami minat mengikuti SNMPTN memang tidak terlalu tinggi. Sebab rata-rata, siswa berkeinginan kuliah di PTS atau melanjutkan studi ke luar negeri. Kami pun juga belum bisa memastikan berapa jumlah mereka yang mendaftar seleksi itu. Tapi dari informasi yang kami terima terdapat beberapa siswa kami yang lolos SNMPTN,” ujar Irawan kemarin.
Sistem SKS, memang cukup berbeda dengan sistem reguler. Sebab, di dalamnya memberikan kebebasan untuk siswa memilih besaran jumlah waktu pembelajaran yang akan ditempuh. Meski demikian sekolah tetap ikut memperkuat sistem dengan menjaga supaya terdapat pembelajaran sepanjang semester. Artinya, tidak akan mungkin muncul kekosongan salah satu mapel di setiap semester. Ini juga berkenaan antisipasi penilaian seperti yang diperlakukan pada SNPMTN.
Yakni panitia memeriksa nilai rapor siswa mulai dari semester pertama hingga akhir. ”Jadi misalnya untuk Mapel Bahasa Indonesia. Sebut saja dibutuhkan 10 SKS, maka pembelajarannya akan kami pecah untuk setiap semester. Misalnya semester satu siswa mendapat dua SKS, kemudian semester berikutnya dua SKS lagi. Hingga akhirnya sepanjang semester tidak ada yang kosong,” terangnya.
