ARTI KESEMPURNAAN
Seorang lelaki tampan lagi sempurna merasa bahwa Tuhan pasti telah menciptakan seorang wanita yang elok lagi jelita sebagai teman hidupnya. Berbekal keyakinan kuat itu ia berkeliling negeri demi menjemput belahan jiwanya.
Suatu kali sampailah dia di sebuah desa yang indah dan asri di lerang pegunungan yang sejuk. Ia bertemu dengan seorang petani yang ternyata memiliki tiga orang putri yang sungguh cantik lagi mempesona. Pemuda itu segera menemui bapak petani dan mengutarakan niat tulusnya tuk mempersunting salah seorang dari putrinya, hanya saja ia merasa bingung untuk menentukan pilihan karena ketiganya tampak begitu cantik dan sempurna. Sang petani menyarankan sang pemuda untuk tinggal lebih lama dirumahnya untuk mengenal lebih dekat kepribadian ketiga putrinya itu, tentunya dengan pengawasan bapak dan ibu petani. Sang petani memberi kesempatan selama tiga minggu bagi si pemuda untuk itu.
Minggu pertama, sang pemuda memberi kesimpulan pada sang petani. “Putri sulung bapak memang cantik rupawan lagi cerdas, hanya saja ia ada cacatnya,yaitu sedikit latah kalau berbicara, izinkan saya mengenal adiknya lebih dekat”. Sang petani tersenyum dan mengizinkan.
Minggu kedua, sang pemuda memberikan pendapat ” Putri bapak yang kedua memang baik dan rajin, seimbang dengan kecantikannya, hanya saja ada sedikit cacatnya, yaitu ia kurang cerdas dan wawasannya tiada luas, biarkan saya mengenal si bungsu, semoga ia adalah jodoh yang ditakdirkan tuk saya”. Si petani kembali tersenyum dan mengizinkan.
Minggu terakhir, si pemuda kembali menghadap si petani, kali ini dengan wajah yang berseri-seri. “Luar biasa, sungguh tiada salah insting saya berbicara, putri bapak yang terakhir memang sungguh cantik mempesona, dia baik dan rajin, pula cerdas dan luas pengetahuannya. Saya telah mantap tuk meminangnya, izinkan saya menikahinya segera”. Akhirnya sang pemuda berhasil mempersunting si bungsu sebagai permaisuri hidupnya.
Waktu berlalu cepat, belum genap sembilan bulan, si bungsu melahirkan seorang anak laki-laki, anehnya si anak berkulit hitam dan berwajah jelek. Berbanding terbalik dengan ayah ibunya yang tampan dan jelita. Melihat keanehan itu tentu saja si pemuda kaget dan kecewa pada istri dan mertuanya. “Kenapa terjadi seperti ini pak, kenapa anak saya bisa jauh sekali keadaannya dengan kami”
Petani menjawab singkat, “Ia memiliki cacat kecil yang tidak kelihatan. Waktu kalian menikah, ia sudah hamil duluan….”
Hanya saja usai itu mari kita sedikit memeriksa diri, apakah kadang kala kita seperti pemuda itu, senantiasa menuntut kesempurnaan dalam tiap jenak hidup. Dari orang tua kita, dari pasangan kita, dari buah hati kita, dari atasan kita, dari sahabat sejawat kita, dari rekan kerja kita, atau dari siapapun jua ,,, Mengejar buta kesempurnaan tidak akan membebani dan merugikan siapapun, kecuali diri kita sendiri ,,,
Sahabatku, Sederhanalah dalam hidup, karena kesederhanaan itulah kesempurnaan yang sejati