ACHMAD ZAKY: MIMPI MEMAJUKAN UKM MELALUI BUKALAPAK
Sebelas tahun lalu, saat baru masuk kuliah di ITB, Achmad Zaky memiliki keinginan mencari pekerjaan bagus dengan gaji besar. Namun seiring berjalannya waktu, keinginan itu sirna dan membentuknya menjadi seorang entrepreneur muda.
Zaky, panggilan akrabnya, sebenarnya sempat melamar ke dua perusahaan yang menurutnya bonafide. Kala itu ia melamar ke BCG (Boston Consulting Group) dan McKinsey.
Goal saya waktu itu cuma dua, [yakni] kerja di tempat yang paling bagus, which is BCG dan McKinsey waktu itu atau buat perusahaan sendiri dan perusahaannya harus besar. Tetapi saya gagal dapat pekerjaan di dua tempat ini. Dua tempat ini rata-rata mereka hanya hiring satu orang, sangat challenging, ungkap Zaky.
Enggan meratapi nasib, Zaky bersama Nugroho Herucahyono yang kebetulan adalah teman kuliahnya di Teknik Informatika ITB, lantas memutuskan untuk mengembangkan usaha di bidang layanan TI. Saat ini usaha tersebut diberi nama Suitmedia (nama perusahaan resminya PT Kreasi Online Indonesia). Ditambah lagi pandangan orang-orang yang menyebut di ITB sangat entrepreneurial karena lulusannya bisa jadi role model. “Di sana (ITB. red) image-nya entrepreneur itu keren,” ujar Zaky.
Memiliki background teknis rupanya cukup membantu Zaky menggapai asanya. Apalagi ketika masih kuliah di tingkat tiga, ia sempat membuat startup bernama Deft Technology dan melakukan coding sendiri. Beruntung Zaky juga memiliki background bisnis. “Sejak SMA saya juga sering jualan kecil-kecilan,” ujar Zaky. “Jadi saya ada background bisnis dan juga technical,” imbuhnya.
Memilih Toko Daring
“Bukalapak berawal dari sebuah proyekan yang dikerjakan oleh saya sendiri bersama teman kuliah di ITB, yaitu Nugroho Herucahyono, yang terbiasa membuat bermacam-macam aplikasi sesuai pesanan klien,” jelas Zaky.
Ia menyebut memiliki keinginan untuk membuat sesuatu yang dibuat dari nol, kemudian dikembangkan dan dibangun satu demi satu, sampai menjadi besar dan megah seperti Bukalapak sekarang ini.
Zaky mengakui bahwa langkah awalnya saat memulai toko online atau dalam jaringan (daring)—ketika itu awal 2010—sangat tidak mudah. Ia menyebut memulai Bukalapak.com dengan modal nol rupiah. Bukalapak.com dimulai dengan bermodalkan keterampilan dan keberanian para pendirinya.
[Catatan redaksi: InfoKomputer pernah meliput Bukalapak di awal kehadirannya, ketika mereka masih dikenal sebagai toko online untuk para pehobi sepeda. Baca artikel ini.]
“Bukalapak dimulai dari dua orang anak muda gila yang nekat dan bermimpi untuk kemajuan UKM di Indonesia,” jelasnya. “Kami sedih melihat masyarakat kita memakai internet untuk hal-hal yang kurang berguna. Bukalapak ingin berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar ayah satu anak ini. Zaky pun menyebut, masa-masa itu penuh dengan perjuangan.
Perjuangan Zaky dan Nugroho pun membuahkan hasil. Kini setelah lima tahun berdiri, Bukalapak.com menduduki peringkat ke-12 dari seluruh situs web di Indonesia menurut Alexa (peringkat website e-commerce tertinggi). Bukalapak.com tercatat memiliki 2 juta pengunjung per hari, 500 ribu UKM dari seluruh Indonesia yang bergabung dan pendapatan rata-rata UKM Rp5 juta per bulan, tumbuh 2 kali setiap tahun.
Zaky menuturkan, demi menghasilkan inovasi-inovasi baru, pihaknya terus mengembangkan Bukalapak. Menurutnya ini semata dilakukan agar para pelapak (penjual) dan pembeli betah bertransaksi di Bukalapak.com. Ia pun memberikan jaminan keamanan bertransaksi.
Fokus Memajukan UKM
“Bukalapak dimulai dari dua orang anak muda gila yang nekat dan bermimpi untuk kemajuan UKM di Indonesia, jelas Zaky.
Hingga saat ini Bukalapak berfokus mendorong UKM. “Kami berusaha mengedukasi dan membuka wawasan mereka terkait pemasaran online ini,” ujar Zaky. Pihaknya juga cukup sering berkeliling dan menyambangi pelapak-pelapak untuk memberikan pelatihan dan berbicara soal UKM.
“Saat ini jumlah UKM di Indonesia puluhan juta tapi yang jualan online hanya 500 ribu, sedangkan jumlah internet user yang aktif di Indonesia sekitar 70 juta, tapi yang tiap hari berkunjung di Bukalapak sekitar 2 juta, yang berbelanja di Bukalapak hanya ratusan ribu,” bebernya.
Meski masih sebatas impian, Zaky menyebut Bukalapak akan berkembang untuk menyumbang porsi besar terhadap pemasukan negara. “Kami juga ingin berkontribusi minimal 0,1% dari GDP negara kita. Atau menggunakan data GDP sekarang 10.000 triliun rupiah, berarti 10 triliun transaksi melalui Bukalapak. Sekarang tentu masih jauh, tapi kalau ditanya impian, itu impian dan rencana kami,” ungkap Zaky.
Zaky menyebut, salah satu tantangan toko online di Indonesia adalah sulitnya membangun kepercayaan. “[Jadi] menurut saya sebenarnya bukan masalah keamanan, tapi masalah kepercayaan,” ujar pria simian ini. Zaky bersama timnya pun memilih mengedukasi pelapak untuk menyelesaikan masalah kepercayaan ini. “Di Bukalapak semua pelapak ada reputasi skornya, jadi kualitas pelapak terjamin,” ujar Zaky.
Software Quickcount Pemilu
Pengalaman yang paling berkesan saat berkarier hampir dimiliki setiap orang, begitu pun Zaky.
Tepatnya tahun 2009, ketika Zaky sudah di semester akhir, salah satu kliennya yang kebetulan bekerja di stasiun televisi menawarinya untuk membuat software quickcount Pemilu untuk sebuah stasiun televisi nasional. Tanpa ragu, Zaky langsung menerima tawarannya dan menjawab yakin, “bisa!”, padahal sejujurnya ia belum pernah mencoba membuat software jenis tersebut sebelumnya.
Zaky pun meyakinkan dirinya kalau ia bisa. Ketika ditanya soal harga, dengan mantap Zaky menjawab, “1,5juta!”. Meskipun mungkin si klien sedikit khawatir, pada akhirnya Zaky dipercaya untuk mengerjakan software tersebut dalam waktu tujuh hari. Ketika itu Zaky diminta untuk tinggal di Jakarta selama satu minggu. “Saya berpikir mungkin mereka waswas, ‘ini beneran nggak ya harga software-nya 1,5 juta?’,” ujar Zaky seraya tertawa.
Pada akhirnya Zaky berhasil menyelesaikan pengerjaan software tersebut selama tujuh hari dan berjalan sempurna. Tampilan dan hasil quickcount yang keluar di layar televisi nasional itu ditabulasi dan diproses oleh software yang ia buat. “Rasanya bangga sekali melihat karya komersil pertama saya dapat dilihat oleh seluruh masyarakat Indonesia,” ungkap Zaky.
Lucunya, belakangan dirinya baru mengetahui, ternyata harga software yang ia buat sebenarnya mahal sekali, tapi dari sana segala pintu karir untuknya terbuka hingga Bukalapak dibangun hingga seperti sekarang.
Mengajak Diaspora untuk Bergabung
Lebih jauh Zaky berharap berbagai talent terbaik di bidang teknologi informasi, baik lulusan perguruan tinggi lokal ternama di Indonesia maupun jebolan universitas di luar negeri mau bergabung dengan start up lokal.
“Di Bukalapak.com sudah ada diaspora Indonesia yang sebelumnya bekerja di Singapura dan Jepang, mereka bersedia pulang ke Indonesia dan turut mengembangkan industri e-commerce Indonesia,” ungkap pria yang hobi membaca buku ini.
Salah satu yang mendorong kondisi ini adalah makin majunya industri e-commerce Indonesia khususnya startup lokal sehingga menciptakan situasi kondusif bagi berbagai talent di bidang TI untuk tumbuh berkembang di dalamnya.
Mereka yang dulu berorientasi bekerja di perusahaan perbankan, oil & gas, perusahaan multinasional maupun perusahaan TI internasional, kini mau bergabung dengan e-commerce lokal yang sedang berkembang pesat.