( pcs)
GambarBarangjmlBeratTotal
keranjang belanja anda kosong
00,00Rp 0

FILM ‘KUNG FU PANDA 3′ MANFAATKAN SOLUSI CLOUD DAN BIG DATA HP ENTERPRISE

Senin, Oktober 19th 2015.

Film ‘Kung Fu Panda 3′ Manfaatkan Solusi Cloud dan Big Data HP EnterpriseFilm animasi terbaru besutan DreamWorks Animation, “Kung Fu Panda 3″, sudah bisa disaksikan oleh masyarakat di Indonesia mulai hari Kamis (3/3).

Di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya, film yang disulihsuara antara lain oleh Jack Black, Angelina Jolie, dan Lucy Liu ini telah dirilis lebih dulu dan sejauh ini menghasilkan pemasukan sebesar US$314,1 juta atau dua kali lipat dibandingkan ongkos pembuatan filmnya yang mencapai US$145 juta.

Para penikmat film pasti sudah tidak sabar untuk menonton aksi Po, sang pendekar panda, dan rekan-rekannya melindungi Panda Village dari serangan Kai, tokoh antagonis dalam film ini. Tapi, bagi para pemerhati teknologi, rasanya menarik juga untuk mengetahui proses pembuatan di balik layar film animasi ini.

Rumitnya Adegan Pelukan

Dalam “Kung Fu Panda 3″, tokoh utama Po dikisahkan bertemu dengan kedua orang tuanya. Saat pertama kali bertemu dengan ayahnya yang bernama Li, Po merasa begitu bahagia sampai memeluk erat sang ayah.

Nah, proses membuat adegan pelukan dua ekor panda ini ternyata begitu rumit. Pasalnya, tim animator harus mampu menciptakan animasi yang tampak nyata dari dua makhluk penuh bulu yang sedang berpelukan.

Selama ini, dibutuhkan daya dari ratusan unit CPU untuk mewujudkan adegan pelukan antara dua karakter berbulu. Contohnya, pada film animasi tahun 2006 “Over the Hedge”, tim animator harus membatasi adegan pelukan karena keterbatasan hardware dan software CGI (Computer-generated Imagery) kala itu.

Namun, dalam pembuatan “Kung Fu Panda 3″, DreamWorks Animation memperoleh dukungan sumber daya komputasi yang memadai dari solusi-solusi yang ditawarkan HP Enterprise.

Baik tim animator DreamWorks Animation yang bekerja di California, AS, maupun tim animator Oriental DreamWorks di Shanghai, Tiongkok, bisa memberdayakan hybrid cloud berskala global dan jajaran server canggih yang dapat meningkatkan efisiensi rendering hingga 200 ribu tugas per hari. Pekerjaan berat ini pun dilakukan tanpa mengalami downtime satu kali pun.

Pengerjaan ini film ini diakui jauh lebih berat daripada dua judul sebelumnya. Di film “Kung Fu Panda” dan “Kung Fu Panda 2″, hanya ada satu tokoh panda, yakni Po. Tapi, di film ini, cerita berfokus di sekitar Panda Village, kampung halaman Po yang dihuni oleh puluhan (atau malah ratusan?) ekor panda yang gemar berpelukan.

“Film ketiga ini benar-benar melampaui batasan kami tentang jumlah karakter panda yang saling berinteraksi satu sama lain. Dengan membuat Panda Village, kami meningkatkan kerumitan film ini secara signifikan,” ujar Derek Chan (Head of Global Technology Operations, DreamWorks Animation & Chief Technology Officer, Oriental DreamWorks).

Meningkatkan kerumitan sebuah film berarti pula menambah sumber daya komputasi, durasi waktu rendering, dan kemampuan analisis agar mencapai standar tertinggi produksi DreamWorks Animation.

Dua solusi dari HP Enterprise berikut inilah yang membantu penyelesaian “Kung Fu Panda 3″ sampai bisa disaksikan para pemirsa di layar bioskop.

Hybrid Cloud

Dibutuhkan lebih dari 118.000 frame animasi komputer, 240 miliar pixel, 600 juta berkas, dan 475 terabyte data untuk merampungkan “Kung Fu Panda 3″.

Sebagai sumber daya pendukung, DreamWorks Animation memanfaatkan infrastruktur hybrid cloud dari HP Enterprise. Solusi ini memungkinkan animator dan produser film berbagi dan berkolaborasi secara real-time, termasuk menghubungkan dua tim yang terpisah samudera–satu tim di California dan satu tim di Shanghai.

“Proyek ini memberi tantangan baru dalam hal manajemen, kolaborasi, dan kebutuhan data karena kami harus membuat dua versi berbeda dari satu film. Satu versi dalam Bahasa Inggris, satu versi lagi dalam Bahasa Mandarin,” ungkap Chan.

Dengan bantuan infrastruktur cloud, dua tim di California dan Shanghai bisa berkolaborasi untuk mengganti animasi dan gerak bibir di film versi Mandarin, bahkan menulis ulang beberapa lelucon spesifik agar dapat dimengerti penonton di Tiongkok.

Analisis Data

Solusi kedua yang berperan penting dalam “Kung Fu Panda 3″ adalah analisis data. Mempergunakan solusi Vertica dari HP Enterprise, tim kreatif DreamWorks dapat mengetahui waktu rendering yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu skenario.

Jadi, ketika dihadapkan dengan beberapa skenario, tim bisa memprediksi durasi rendering yang diperlukan untuk setiap skenario. “Mengetahui sumber daya dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu skenario terasa sangat berharga bagi pembuat film dalam me-review perubahan dan membuat keputusan kreatif dengan lebih cepat,” kata Chan.

Perlu diperhatikan bahwa solusi-solusi ini tidak serta-merta mempersingkat waktu pengerjaan film “Kung Fu Panda 3″. Total waktu produksi yang dihabiskan yaitu empat tahun, sama saja dengan pembuatan film pertama.

Akan tetapi, menurut Chan, memperpendek waktu produksi bukanlah tujuan utama dari solusi-solusi ini. Hal terpenting bagi kru film ini yaitu memperluas ruang untuk berkreasi, dan bahkan mengubah beberapa hal di menit-menit terakhir, contohnya menambah jumlah pelukan di antara para panda.

“Memiliki sumber daya komputasi yang besar dan siap menangani beban kerja tinggi memampukan tim kami untuk menghasilkan film terbaik. Dalam dua bulan terakhir di masa produksi, tim kreatif merasa lebih percaya diri untuk melakukan perubahan-perubahan di penghujung waktu–sesuatu yang tidak mungkin dilakukan sebelum adanya teknologi cloud,” pungkas Chan.

Produk terbaru

Cek resi

Pengiriman