UTOYO S. NURTANIO: MENULARKAN “VIRUS” INOVASI
Nama belakang pria kelahiran Surabaya ini mengingatkan InfoKomputer pada seorang pakar kedirgantaraan Indonesia, Ir Nurtanio. Tak ada hubungan darah di antara keduanya. Tetapi keduanya memiliki persamaan. Kalau Nurtanio adalah pionir industri pesawat terbang di negeri ini, di masa yang berbeda, Utoyo S. Nurtanio diberi amanat merintis budaya inovasi di PT Trakindo Utama.
“Itu ada sejarahnya,” tutur Chief Innovation Officer, PT Trakindo Utama itu seraya tersenyum, ketika kami menanyakan perihal nama belakangnya. Rupanya, ayah Utoyo yang kebetulan memiliki kesamaan hobi dan kedekatan personal dengan almarhum Nurtanio begitu terkesan dengan kepribadian dan sepak terjang sang pahlawan dirgantara. Seijin sang empunya nama, disematkanlah nama Nurtanio sebagai nama belakang Utoyo kecil.
Selalu ada doa dan harapan besar orang tua di setiap nama anaknya. “Ya, almarhum ayah saya berharap saya akan mewarisi sifat dan karakter beliau,” cerita Utoyo suatu pagi, dalam sebuah wawancara khusus dengan InfoKomputer. Harapan yang sangat wajar, apalagi bila mengingat upaya Nurtanio merintis industri pesawat terbang nasional di saat itu.
Jajaran Direksi Dukung Inovasi
Tugas merintis juga kini tengah dijalani Utoyo S.Nurtanio. Profesional TI dengan rentang karir lebih dari 20 tahun ini diberi tugas khusus menumbuh-kembangkan budaya inovasi di lingkungan PT Trakindo Utama.
Sejak beberapa tahun lalu, huruf “I” pada jabatan Utoyo tidak lagi mewakili kata ‘information’, tetapi berubah menjadi ‘innovation’. Jabatan baru itu diselaraskan dengan visi lima tahunan Trakindo periode 2010-2015, yaitu menumbuhkan budaya inovasi. “CEO kami, Pak Bari Hamami, sangat serius dalam mewujudkan visi tersebut sehingga urusan inovasi ini pun sampai beliau tempatkan di jajaran C-level,” cerita bapak dua anak itu.
Pada dasarnya senang memelajari hal-hal baru, Utoyo serta merta pun menerima tugas barunya itu. “Ketika itu saya bilang oke saja, karena saya melihat ini sebagai tantangan sekaligus peluang untuk menangani suatu hal yang berbeda dengan apa yang selama ini saya kuasai,” tutur arsitek lulusan Universitas Trisakti ini. Namun keyakinan Utoyo tumbuh melihat dukungan yang diberikan oleh sang CEO maupun rekan-rekannya di jajaran direksi. Ia merasa bahwa Trakindo mendukung peningkatan kemampuan dirinya.
Kembangkan Kapabilitas dan Infrastruktur Inovasi
Membudayakan inovasi bukan pekerjaan semalam. Menghimpun inovasi sebanyak-banyaknya bukan targetnya. “Misi kami adalah menumbuhkan budaya dan mengembangkan capability inovasi Trakindo. Kalau keduanya sudah terbentuk, proses bergulir, saat orang-orangnya come and go, inovasi akan tetap berjalan di perusahaan ini,” tutur Utoyo.
Utoyo memulai misinya dengan blusukan. “Saya yakin kalau sebuah perusahaan mampu bertahan selama lebih dari 40 tahun dan terkemuka seperti Trakindo, pasti inovasi sudah ada di perusahaan tersebut,” ujarnya. Dalam blusukan langsung maupun via teleconfrence dengan kantor-kantor cabang Trakindo, ia menemukan bahwa sebenarnya sudah cukup banyak inovasi yang dilakukan karyawan selama ini, tetapi mereka tidak menyadarinya. “Banyak yang bertanya, yang saya bikin ini termasuk inovasi atau bukan ya pak?” Utoyo menirukan ucapan karyawan yang ia temui.
Dari situ, penggemar utak atik mobil “jadul” ini berkesimpulan bahwa pemahaman tentang inovasi perlu disamakan terlebih dahulu. Inovasi tidak harus selalu yang hasilnya ‘wah’. “Intinya, berinovasi adalah menciptakan sesuatu yang akan mempermudah hidup orang, pelanggan, karyawan, maupun principal, dan masyarakat sekitar,” tandas Utoyo.
Semangat Inovasi di Setiap Aktivitas
Dari pemahaman, Utoyo melangkah ke fondasi atau infrastruktur inovasi. Misalnya, menyediakan alamat surel khusus sebagai sarana tanya jawab tentang inovasi dan portal khusus untuk ideas repository.
Cara lain yang ia tempuh untuk lebih menggaungkan kampanye inovasi adalah mengadakan ajang khusus. “Sejak dua tahun lalu, kami menggelar Innovation Day. Semua inovasi yang terjaring kami pamerkan di ajang ini. Lalu inovasi tersebut dipresentasikan oleh penggagasnya kepada panel yang terdiri dari jajaran Direksi dan General Manager di hadapan karyawan lainnya. Kami juga melakukan video streaming (acara tersebut) ke kantor-kantor cabang di seluruh Indonesia,” tutur Utoyo.
Gayung bersambut, upaya menularkan virus inovasi ini boleh dibilang sukses. Buktinya, di tahun pertama hanya ada delapan inovasi yang dilombakan. Namun di tahun berikutnya, Utoyo dan timnya berhasil menjaring hampir 80 inovasi dari berbagai kantor cabang maupun kantor pusat.
Menularkan “virus” inovasi tidak bisa dilakukan sekali dua kali. Sebagai Chief Innovation Officer, Utoyo S. Nurtanio membawahi unit Information & Communication Technology, Office of Strategic Managment (mencakup change management), Six Sigma (terkait business process improvement), bisnis digital, dan Corporate Brand Management. Melalui unit-unit tersebut, ia dan timnya setiap saat menyisipkan semangat inovasi dalam setiap aktivitas operasionalnya.