TREN MOBILE BANKING TINGKATKAN KEJAHATAN SIBER
Tren penggunaan mobile banking terus meningkat dan membuat sistem keamanan lembaga keuangan lebih berisiko terkena serangan siber. Selain itu, nasabah juga memainkan peranan penting karena lembaga keuangan mengetahui kerentanan sistem keamanan mereka berdasakan laporan dari nasabah.
Menurut Kaspersky Lab dan B2B International mengenai Financial Institutions Security Risks, perbankan dan lembaga keuangan harus memprioritas investasi keamanan karena kerugian atau dampak dari serangan siber bisa menyebabkan perbankan mengeluarkan dana tiga kali lebih besar untuk keamanan TI.
Veniamin Levtsov (Wakil Presiden, Enterprise Business di Kaspersky Lab) mengatakan perbankan menghadapi tantangan ancaman siber yang terus berubah, menargetkan infrastruktur TI dan rekening nasabah.
“Industri jasa keuangan dituntut untuk memiliki beberapa komponen utama yaitu membangun perlindungan anti serangan, merangkul solusi keamanan anti-penipuan multi-channel dan pengetahuan terhadap ancaman yang terus berkembang,” katanya dalam siaran persnya, Senin.
Sebesar 64 persen perbankan mengakui akan berinvestasi untuk meningkatkan keamanan TI, menyusul tuntutan yang terus meningkat dari regulator pemerintah, pimpinan manajemen dan pelanggan mereka. Meskipun perbankan telah mengalokasikan anggaran dana, kenyataannya memberikan perlindungan infrastruktur TI yang sekarang ada tradisional ke khusus, ATM dan Point-of-Sale terminal terbukti sangat sulit.
Laporan itu juga menyoroti sebanyak 42 persen perbankan memprediksi mayoritas nasabah mereka menggunakan mobile banking dalam jangka waktu tiga tahun dan nasabah terkadang terlalu ceroboh dalam perilaku online. Mayoritas perbankan mengakui sebanyak 46 persen nasabah sering diserang aksi kejahatan phishing dan 70 persen perbankan melaporkan insiden penipuan keuangan.
Perbankan memiliki alasan kuat untuk khawatir karena peretas menggunakan serang yang umum yaitu platform malware-as-a-service. Karena itu, Kaspersky Lab melihat pengetahuan mengenai ancaman siber sangat penting karena dapat membantu perbankan untuk mengidentifikasi ancaman terbaru yang cepat dan mempersiapkan diri dari segalan ancaman.
Perbankan menunjukkan tingkat kepedulian yang rendah terhadap ancaman yang menyebabkan kerugian finansial akibat serangan kepada ATM, meskipun kenyataannya sangat rentan terhadap jenis serangan tersebut.
Hanya 19 persen perbankan yang menaruh perhatian terhadap serangan ke ATM dan mesin penarikan uang tunai, meskipun laju pertumbuhan malware terus-menerus menargetkan bagian dari infrastruktur perbankan ini.