TIM BERNERS-LEE, ‘BAPAK’ INTERNET DAN WORLD WIDE WEB
Berapa biaya yang Anda keluarkan untuk berlangganan internet setiap bulannya? Lima ratus ribu rupiah? Angka itu bisa saja membengkak beberapa kali lipat andai saja Tim Berners-Lee, sang penggagas World Wide Web, memungut royalti dari setiap penggunanya.
Kalau saja terjadi hal yang sebaliknya, internet bakal terasa hambar karena tidak akan ada Facebook, Twitter, blog pribadi, situs berita, dan lain-lain. Internet hanya berisi surel (e-mail), chat, dan transfer file saja. Jadi siapakah Tim Berners-Lee itu?
Tim Berners-Lee yang memiliki nama lengkap Timothy John Berners-Lee lahir pada hari Rabu, 8 Juni 1955, di kawasan barat daya London, Inggris. TimBL, demikian nama online Tim Berners-Lee, lahir dari rahim seorang ibu bernama Mary Lee Wood, sedangkan ayahnya adalah Conway Berners-Lee.
Keluarga Programmer
Ayah dan Ibu TimBL sama-sama berprofesi sebagai ahli matematika dan programmer. Kedua orang tua TimBL ini terlibat dalam pengembangan Ferranti Mark 1 (atau sering dikenal juga sebagai Manchester Electronic Computer), sebuah komputer komersial pertama.
Ferranti Mark 1 mulai beredar sekitar tahun 1951, empat tahun sebelum TimBL lahir. Terlepas dari laku atau tidaknya Ferranti Mark 1 di pasaran, orang tua TimBL terbukti sukses menghasilkan produk komputer dari hasil penelitian mereka. Mereka selalu menceritakan keberhasilan tersebut kepada TimBL saat masih kecil, bahkan mendorongnya untuk juga menyukai bidang sains dan teknologi.
Ternyata apa yang dilakukan oleh kedua orang tua TimBL tidaklah sia-sia. TimBL kecil menunjukkan minat dan bakat yang luar biasa di bidang sains, khususnya matematika, serta menyukai berbagai peranti elektronik. Saat masih sekolah, TimBL tekun mengikuti pelajaran elektronika dan akhirnya mampu membuat alat elektronik untuk mengatur kereta api mainannya.
Pada tahun 1973, TimBL melanjutkan kuliahnya di Jurusan Fisika Universitas Oxford. Di sana, TimBL membuktikan bahwa dia memang seorang yang cerdas dengan menyelesaikan kuliahnya hanya dalam waktu tiga tahun. Ia juga mendapatkan level first class honour (di sini lebih sering digunakan istilah cum laude untuk menyatakan status kelulusan dengan prestasi serupa).
Berbakat dan Kreatif
Salah satu cerita unik tentang TimBL di masa kuliahnya adalah kemampuannya untuk membuat sendiri terminal komputer dengan cara merakit kalkulator dan TV bekas menggunakan catu daya yang berasal dari aki mobil.
Hal tersebut dilakukannya selain untuk menyalurkan bakat dan kreativitasnya di bidang elektronik, juga karena saat itu dia sedang mendapatkan hukuman dilarang mengakses sistem komputer kampus. Maklum, karena minat dan keingintahuannya yang besar akan komputer, TimBL sering mengakses komputer mainframe padahal sebenarnya dia tidak memiliki hak terhadap tersebut.
Minimnya akses ke komputer sebagai akibat hukuman yang diterimanya tidak membuat TimBL putus asa. Ia tetap tetap mendalami ilmu pemrograman dan malahan sempat mengembangkan bahasa pemrogramannya sendiri.
Dengan kemampuannya tersebut, TimBL tidaklah mendapatkan kesulitan dalam mencari pekerjaan pasca-kelulusannya. TimBL langsung diterima bekerja di Plessey Telecommunications, salah satu operator seluler terbesar di Inggris Raya. Pekerjaan TimBL di Plessey antara lain menyempurnakan teknologi barcode.
Dua tahun kemudian, TimBL pindah kerja ke D.G. Nash Ltd. Di perusahaan ini, TimBL mengembangkan peranti lunak type-setting yang digunakan oleh mesin cetak dan juga mengembangkan sistem operasi yang bersifat multi-tasking. Di D.G. Nash, TimBL bekerja selama dua tahun.
Merasa cukup bekerja sebagai karyawan, TimBL memberanikan diri untuk berusaha mandiri sebagai konsultan freelance. Pada bulan Juni hingga Desember 1980, TimBL dikontrak sebagai konsultan independen di CERN (Conseil Européen pour la Recherche Nucléaire), sebuah organisasi di Eropa yang mengadakan penelitian mengenai nuklir.
Sistem Enquire
Dalam kurun waktu itu, TimBL mengajukan proposal kepada CERN berupa sebuah proyek untuk mengembangkan sebuah bahasa komputer yang disebut hypertext. Hypertext ini nantinya akan digunakan oleh para peneliti untuk berbagi informasi. Dengan hypertext, diharapkan proses berbagi informasi tersebut akan menjadi lebih mudah dan nyaman.
Purwarupa sistem yang menggunakan hypertext ini dinamai Enquire. Sistem Enquire ini memungkinkan pembuatan link terhadap suatu dokumen dengan basis asosiasi terhadap satu kata saja. Hal tersebut jauh lebih mudah dan nyaman dilakukan dibandingkan sistem yang sudah ada yang menggunakan model hirarki bercabang.
Sayang sekali, meski TimBL sudah meminta (hingga setengah menyuruh) rekan-rekannya di CERN untuk menggunakan Enquire, hanya sedikit saja yang benar-benar mau menggunakannya.
Ketika kontraknya di CERN habis, TimBL memutuskan untuk bekerja “ikut orang” kembali. Dia akhirnya bekerja di John Poole’s Image Computer Systems, Ltd yang berlokasi di Bournemouth, Dorset. Di sini TimBL bertanggung jawab terhadap proyek “real time remote procedure call” yang membuat pengetahuannya akan jaringan komputer meningkat drastis.
Setelah empat tahun TimBL bekerja di John Poole’s Image Computer Systems, pihak CERN menghubunginya kembali. Rupanya CERN benar-benar terkesan dengan TimBL meski empat tahun sebelumnya seakan menampik proyek Enquire yang diajukan TimBL. Pada tahun 1984, TimBL kembali ke CERN namun kali ini bukan sebagai konsultan maupun karyawan, melainkan sebagai mitra sejajar.
Pada kesempatan keduanya di CERN, permasalahan yang dihadapi TimBL sudah jauh lebih kompleks mengingat jumlah anggota tim peneliti sudah jauh lebih besar dan kebutuhan untuk berbagi data meningkat tajam.
Untunglah pada saat itu jaringan internet yang mula-mula dikembangkan oleh Pentagon sudah mulai diadopsi oleh CERN dan mereka telah memanfaatkan surel untuk berbagi informasi dalam bentuk teks. TimBL menyadari bahwa sebuah cara untuk berbagi data yang lebih mudah dan efisien harus dirancang.
Pada tahun 1989, CERN telah menjadi simpul internet terbesar di Eropa dan pada saat itulah TimBL melihat kesempatan untuk mengkombinasikan hypertext yang pernah dirancangnya dengan jaringan internet, ditambah dengan konsep domain.
TimBL kemudian menulis proposal berisi ide untuk membuat sistem komunikasi yang efektif dan mampu menjangkau organisasi berskala besar. Pada dasarnya, isi proposal yang ditulis oleh TimBL tersebut tidak berbeda jauh dengan konsep Enquire, namun kali ini sistem yang dirancang di dalam proposal tersebut sukses dan menjadi cikal bakal World Wide Web.
Tanpa Royalti
Proposal yang ditulisnya pada bulan Maret 1989 dan dipublikasikan pada tahun 1990 tersebut sekaligus menjadi pijakan TimBL dalam merancang sebuah peramban (web browser).
Aplikasi peramban yang diberi nama WorldWideWeb ini sekaligus bisa digunakan untuk menyunting halaman web dan berjalan di atas sistem operasi NeXTSTEP. Situs web pertama dalam sejarah adalah http://info.cern.ch/hypertext/WWW/TheProject.html dan dilayani oleh web server pertama yang dinamai CERN HTTPd (HyperText Transfer Protocol daemon).
Ketika ditanya soal penemuannya yang menjadi cikal bakal internet saat ini, TimBL dengan merendah berkata, “Saya hanya mengambil kembali ide hypertext dan mengkoneksikannya ke Transmission Control Protocol dan konsep nama domain, dan… sim salabim, jadilah World Wide Web.”
“Menciptakan konsep web ini sebenarnya merupakan tindakan yang terdorong oleh sebuah keputusasaan. Maklum, situasi terlihat sangat kompleks saat saya kembali ke CERN untuk kedua kalinya. Untungnya hampir semua teknologi untuk membangun web, seperti hypertext, jaringan internet, objek teks dengan banyak model font, dan lain-lain sudah ada. Saya hanya tinggal menggabungkannya menjadi satu,” imbuhnya.
Dan kerendahan hatinya makin terlihat nyata saat TimBL memutuskan untuk tidak memungut royalti sepeser pun terhadap siapa pun yang ingin menggunakan World Wide Web. Ini merupakan sebuah sikap yang sangat patut diteladani.
Sikap rendah hati ini, ditambah dengan kontribusinya di dunia teknologi informasi yang begitu penting, membawanya mendapatkan penghargaan dari kerajaan Inggris. Penghargaan ini membuatnya berhak menyandang gelar “Sir”