SEBUAH MEMO INTERNAL MENYIRATKAN RAHASIA ZUCKERBERG MENGELOLA KARYAWAN
mark zuckerberg Facebook, jejaring sosial yang satu dekade lalu didirikan sebagai sebuah versi lebih ekslusif dari MySpace ini, kini menjelma menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia. Social media dengan 1,23 miliar pengguna bulanan ini telah membuat banyak orang berdecak kagum dengan perkembangannya. Sejauh ini, Facebook telah bernilai 135 milyar USD dan Zuckerberg sendiri telah berhasil memperoleh kekayaan bersih (net worth) sebesar 24 miliar USD.
Facebook membuat investor bertanya-tanya tentang bagaimana jejaring sosial tersebut bisa bertumbuh dengan sangat pesat dan efisien. Dengan perkembangan secepat itu, tentunya Zuckerberg telah melakukan sesuatu yang “benar”. Meskipun demikian, tidak sedikit dari mereka yang mempertanyakan kepiawaian pria muda yang kerap memakai jeans dan hoodie ini dalam mengelola timnya. Melalui sebuah surat edaran internal yang ditulis oleh seorang engineer facebook, Andrew Bosworth, yang berjudul “working with Zuck”, terungkaplah beberapa karakter Zuck dalam memimpin, yaitu:
1. Senang merangsang debat
Layakya leader hebat yang lain, Zuck mengharapkan agar karyawan dan rekan kerjanya untuk menyampaikan ide-ide kreatif mereka. Zuckerberg tidak berkeberatan untuk mendengar pendapat orang lain dan mau mengubah ide sendiri jika memang ada yang lebih baik. Hanya saja, untuk mengubah pendapat tersebut ia memerlukan waktu yang cukup lama dan harus berdasarkan alasan yang sangat bagus. Namun, ia sangat tidak suka apabila seseorang menyatakan tidak setuju tanpa memberikan solusi apapun.
2. Tidak sentimentil
Seandainya pun ia telah bekerja mati-matian sepanjang tahun untuk membuat sebuah produk, ia tidak segan mencampakkannya jika ternyata ada produk yang lebih baik. Hal ini kadang menjadi cukup berat bagi engineer facebook untuk mengikuti kemauannya. Akan tetapi, karena mereka bergerak di industri di mana ketepatan waktu adalah investasi, rasanya cukup beralasan jika Zuck harus bertindak seperti itu.
3. Percaya pada pengalaman kontekstual
Pengalaman adalah segalanya bagi Zuck ketika ia mengambil keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya atau berkaitan dengan industrinya, memiliki banyak makna bagi dirinya dalam memutuskan sesuatu. Meskipun sebuah ide terlihat begitu sempurna di atas kertas, ia tidak akan bergeming jika itu tidak terjadi di dunia nyata, atau jika pengalaman user mengenai hal tersebut ternyata kurang baik.
4. Memaksakan batas
Tidak berbeda dengan pengusaha teknologi lainnya, Zuckerberg terkenal cukup ketat dalam memberikan deadline pada karyawannya. Ia ingin semuanya dikerjakan dalam waktu yang cepat. Meskipun demikian, cara ia menyuruh bukanlah asal atau tanpa pertimbangan. Bahkan karyawan-karyawannya kadang takjub dengan kemampuan diri sendiri yang ternyata dapat mengerjakan banyak hal dalam waktu yang relatif singkat. Hal ini tentunya tidak lepas dari gaya Zuck memotivasi mereka.