MATT MULLENWEG: MEMPERMUDAH PEMBUATAN BLOG UNTUK SEMUA ORANG
Ketika membuka sebuah situs, kebanyakan orang tidak menyadari atau bahkan mungkin tidak peduli dengan perangkat atau aplikasi yang membangun situs yang dibukanya. Ini merupakan hal yang wajar mengingat yang dicari kebanyakan orang saat membuka suatu situs adalah isi atau kontennya. Namun tanpa sebuah aplikasi manajemen konten yang baik, tentu tidak mudah mengelola sebuah situs.
Nah, tahukah Anda bila aplikasi manajemen konten yang terpopuler saat ini adalah WordPress? Lebih dari seperempat dari seluruh situs yang ada di internet menggunakan WordPress sebagai tulang punggung manajemen kontennya.
Orang yang berada di balik kisah sukses WordPress ini adalah Matt Mullenweg. Dialah yang menciptakan, mengembangkan, dan memimpin perusahaan yang mengembangkan WordPress. Tanpa dia, wajah internet mungkin tidak bakal seperti sekarang ini.
Matthew Charles Mullenweg lahir pada tanggal 11 Januari 1984 di Houston, Texas. Ayahnya bernama Chuck Mullenweg dan ibunya bernama Kathleen. Ayah Matt berprofesi sebagai seorang ilmuwan komputer sehingga mudah sekali diduga dari mana datangnya bakat Matt di dunia pemrograman komputer.
“Membaca” Perilaku Pengguna Komputer
Ya, Chuck memang suka sekali memperkenalkan dan mengajarkan komputer kepada Matt. Pada suatu kesempatan, Chuck mengajak Matt untuk hadir di pertemuan Houston Area League of PC Users, sebuah komunitas pengguna PC yang memiliki kegiatan antara lain memberikan layanan perbaikan komputer gratis kepada orang-orang di sekitar mereka. Pada akhirnya Matt malah juga ikut menjadi anggota komunitas tersebut dan belajar banyak tentang komputer hingga pengetahuannya berkembang pesat. Bahkan bukan sekadar pengetahuan teknis yang dia dapatkan, melainkan juga kemampuan “membaca” pola pikir pengguna komputer yang komputernya dia perbaiki.
Berhubung sering mendapatkan pendidikan komputer secara nonformal dari ayahnya dan dirasa telah sangat memadai, Matt memutuskan untuk mengambil pendidikan formal justru bukan di bidang komputer. Selepas dari pendidikan dasar tingkat SD dan SMP, Matt masuk ke High School for the Performing and Visual Arts. Di Indonesia sekolah ini kira-kira setara dengan SMK jurusan Seni, Kerajinan, dan Pariwisata. Matt berkonsentrasi di bidang seni musik jazz dan alat musik yang dipelajarinya adalah saksofon.
Di luar sekolah, Matt banyak menimba ilmu saksofon dari seorang musisi bernama David Caceres. Sebagai “balas budi”, Matt merakit dua buah komputer dan membuat sebuah situs web untuk David. “Matt adalah anak yang bahagia, nampak dari wajahnya yang selalu tersenyum,” kenang David terhadap Matt. “Dia membuatkan situs web untuk saya pada tahun 2000, suatu hal yang saat itu masih dianggap suatu terobosan baru,” tambah David. Hingga saat ini pun, jika Anda bertemu atau melihat foto-foto Matt, akan terlihat jika dia selalu tersenyum.
Di sela-sela kesibukannya sekolah, Matt tetap menyempatkan diri menulis blog. Semua berawal dari keikutsertaannya pada kompetisi National Fed Challenge di Washington D.C. Ketika pulang, Matt mengumpulkan foto-foto yang diambil selama keikutsertaannya di acara tersebut dan menuliskannya pada sebuah blog.
Saat itu, Matt menggunakan “mesin” blog b2cafeblog dan nama domainnya adalah bbpress.org. Tidak sekadar menjadi pengguna, Matt malahan juga menyumbangkan kemampuan pemrogramannya untuk menyempurnakan kode b2cafeblog dalam hal tipografi dan permalink.
Sayang sekali, beberapa bulan setelah itu pengembangan b2cafeblog terhenti. Namun hal ini justru melecut Matt untuk mengembangkan sendiri platform blog yang sesuai dengan kebutuhannya. Idenya tersebut bahkan dituliskannya di blog.
Platform Baru
Maka berbekal kode program b2cafeblog, Matt mengembangkan sebuah platform blog baru yang lebih sesuai dengan standar web saat itu. Matt melakukan fork terhadap b2cafeblog tersebut bersama sahabatnya, Mike Little. Dan lahirlah WordPress. Tak lama kemudian, bergabung pulalah Michel Valdrighi, salah satu programmer yang turut mengembangkan b2cafeblog.
Pengembangan WordPress ini berjalan bersamaan dengan masa-masa awal kuliah Matt di University of Houston. Sama halnya seperti ketika masuk ke sekolah menengah, Matt tidak memilih jurusan ilmu komputer. Dia justru memilih jurusan ilmu politik.
Hanya sekitar empat bulan setelah menyatakan ikrarnya untuk melanjutkan pengembangan b2cafeblog, Matt dan teman-temannya merampungkan versi beta WordPress. WordPress versi 0.7 tersebut dirilis pada tanggal 27 Mei 2003 dan secara garis besar struktur file-nya masih mirip dengan b2cafeblog.
Sebulan sebelumnya, bersama dengan rekan programmer yang lain bernama Dougal Campbell, Matt meluncurkan Ping-O-Matic, yang menjadi semacam kurir pemberi informasi ke mesin pencari blog saat ada sebuah blog yang menampilkan tulisan baru.
WordPress benar-benar melambungkan popularitas Matt hingga didengar oleh CNET, sebuah blog teknologi ternama, yang merekrutnya pada bulan Oktober 2004. Uniknya, CNET menugaskan Matt untuk mengelola blog yang pastinya menggunakan WordPress, bahkan untuk terus mengembangkan platform WordPress tersebut.
Kesibukan di CNET memaksa Matt untuk merelakan gelar sarjananya. Dia memilih untuk berkonsentrasi di CNET dan pindah ke San Fransisco. Dalam status sebagai staf CNET, Matt dan tim WordPress terus mengembangkan WordPress hingga pada bulan Februari 2005 WordPress 1.5 yang memiliki nama kode Strayhorn dirilis.
Tak disangka, WordPress 1.5 ini meledak popularitasnya dan diunduh hingga lebih daripada 900 ribu kali. Salah satu hal yang mengangkat popularitas WordPress adalah naiknya harga Movable Type, kompetitor utama mereka, sehingga membuat banyak penggunanya mencari alternatif yang lebih murah. WordPress bukan sekadar murah, malahan gratis.
Mendirikan Perusahaan Sendiri
Kurang lebih satu tahun bekerja di CNET, Matt memutuskan untuk berhenti dan berkonsentrasi penuh mengembangkan WordPress.
Hanya berselisih beberapa hari, Matt dan tim WordPress memperkenalkan Akismet, sebuah peranti penghadang spam. Matt akhirnya mendirikan perusahaan sendiri untuk menaungi WordPress dan Akismet. Perusahaan tersebut dinamainya Automattic.
Automattic berisi orang-orang yang selama ini bersama dengan Matt mengembangkan WordPress. Pada bulan Januari 2006, Matt merekrut Toni Schneider, mantan CEO Oddpost (sebuah layanan surel) dan saat itu menjabat sebagai staf eksekutif Yahoo, untuk menjadi CEO Automattic.
Langkah strategis yang diambil oleh Matt tergolong tepat sehingga banyak pihak berminat menanamkan investasi ke Automattic. Beberapa perusahaan yang menanamkan investasi ke Automattic antara lain adalah Polaris Ventures, True Ventures, Radar Partners, dan CNET. Nilai investasi yang terkumpul pada bulan April 2007 mencapai 1,1 juta dolar.
Nilai investasi tersebut bahkan terus menjulang hingga mencapai 29,5 juta dollar pada bulan Januari 2008. Satu perusahaan lain yang bergabung sebagai investor adalah New York Times Company. Laju perkembangan WordPress bahkan jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan layanan blog yang dimiliki Google. Ini merupakan sebuah prestasi yang luar biasa.
Kaya di Usia Muda
Di usianya yang baru 32 tahun, Matt diperkirakan memiliki kekayaan sebesar 40 juta dolar. Toh Matt tidak menjadi sombong dengan kekayaannya tersebut, bahkan dia diketahui sering mendanai berbagai perusahaan startup. Kemurahan hati Matt juga nampak saat dia tak ragu membiayai bulan madu salah satu sahabat masa remajanya, Rene Ornelas, seorang pemadam kebakaran di Houston, saat Rene menikah.
Prestasi Matt ini membawanya menyabet berbagai penghargaan. Di antaranya adalah peringkat ke-16 dari 50 orang paling penting di internet (2007), peringkat ke-3 dari 30 pendiri perusahaan internet di bawah usia 30 (2011), 10 besar orang penting yang mengubah wajah internet (2011), Angel Investor paling berpengaruh (2012), dan masih banyak lagi. Pada beberapa penghargaan tersebut, Matt adalah peraih penghargaan yang termuda.
Kisah sukses Matt tersebut dari segi tertentu mirip dengan kisah sukses beberapa tokoh TI yang lain, sebut saja Bill Gates, Mark Zuckerberg, Steve Jobs, dan Julian Assange. Mereka sama-sama drop out namun akhirnya kaya raya. Namun satu hal yang harus diperhatikan adalah, meskipun drop out, sebenarnya mereka memiliki bekal ilmu yang banyak.
Matt banyak belajar secara informal dari ayahnya dan dari komunitas komputer yang dia ikuti. Bukan sekadar hal teknis yang dia pelajari namun juga hal nonteknis seperti membaca perilaku pengguna komputer. WordPress seolah menjadi sebuah produk yang mengerti apa keinginan penggunanya sehingga tidak heran begitu banyak orang yang menggunakannya.
Perilaku sehari-hari yang positif, di antaranya ditunjukkan dengan senyum dan kemurahhatiannya, sudah pasti berperan banyak juga terhadap kesuksesannya.
Jangan sampai timbul kesan untuk sukses, tidak perlu menyelesaikan sekolah. Padahal tak memiliki bekal yang memadai.