MASA DEPAN TIDAK IDENTIK MASA LALU
“Peristiwanya tidaklah penting.
Tapi, respon pada peristiwa itu adalah segala-galanya.”
(I Ching, filsuf China)
Orang sering mengaitkan kondisi sekarang dengan masa depan. Apa yang terjadi sekarang akan merajut masa depan. Tapi, mari simak dulu pengalaman Dave Pelzer, seorang penulis bestseller. Dave Pelzer menuliskan kisah hidupnya dalam triloginya terkenal, A Child Called It, The Lost Boy, dan A Man Named Dave. Belum lama ini, Dave menulis rangkuman kisah hidupnya dalam buku Help Yourself. Biografi Dave Pelzer menjadi terkenal lantaran termasuk kategori kisah penganiayaan anak terberat di California.
Sepotong kisahnya seperti ini. Dave hidup dalam keluarga yang kurang harmonis. Ibunya seorang pecandu alkohol. Selama 12 tahun pertama, Dave mengalami penyiksaan fisik dan psikis. Pada usia empat tahun, kalau mau berbicara, Dave wajib minta izin. Anehnya, dua adikknya diperlakukan dengan baik. Sebuah perlakuan diskriminatif. Suatu hari, ia pernah ditikam oleh ibunya sendiri. Darah keluar. Ia berusaha merangkak mencari kain pel untuk membalut lukanya.
Penderitaan Dave seolah tak berujung. Dave harus minum dari talang air berkarat yang bocor. Ia terpaksa puasa 10 hari karena tidak boleh makan. Suatu hari, dorongan rasa lapar yang tak terhankan membuatnya mencuri makanan di sekolah. Ia juga sering dilarang bicara di rumah. Pembungkaman ini membuatnya gagap dalam berbicara. Ia sering ditertawakan oleh teman-teman sekolahnya. Dave mengakui tidak pernah dibesarkan di rumah. Tapi, di garasi. Ayahnya yang menjadi seorang pemadam kebakaran tidak pernah peduli dengan nasibnya.
Nah, dengan latar belakang yang seperti itu, apa yang terpikir dalam benak Anda? Apa yang akan Anda katakan tentang masa depan Dave? Jamak disimpulkan orang yang masa kecilnya mengalami kekelaman akan membuat kehidupan di masa depannya tidak ideal. Bahkan, bisa menjadi orang jahat. Kebanyakan orang memprediksikan suatu yang negatif. Tapi, jangan kaget, justru Dave mengalami masa gemilang di masa depannya. Boleh dikatakan inilah deretan prestasi yang dicapai Dave. Ia bergabung dengan kesatuan khusus angkatan udara America. Di usia 32 tahun, Dave terpilih sebagai Ten Outstanding Young American. Salah satu penerimanya adalah John F Kennedy. Dalam A Man Named Dave, ia pernah berujar, “Selama bertahun-tahun itu, kau berusaha sebisamu untuk menghancurkan aku. Tapi, aku masih tegak di sini. Akan kau lihat sendiri nanti bahwa aku bakal menjadi orang berhasil.” Dan apa yang diucapkannya sudah terbukti.
Kita bisa banyak belajar dari pengalaman Dave. Inilah pelajaran bahwa masa lalu tidak identik dengan masa depan. Masa lalu yang kelam tidak berarti masa depan kita juga kelam. Dave hanyalah salah satu contoh. Banyak tokoh besar dunia yang mengalami masa lalu pahit. Tapi, ia berhasil di masa depannya. Bahkan, menghasilkan karya-karya memukau. Termasuk ratu talkshow dunia, Oprah Winfrey. Oprah dibesarlan dalam keluarga yang broken home.
Baik Dave atau Oprah adalah contoh orang-orang yang melepaskan diri dari masa lalunya. Mereka tidak terikat dengan mimpi buruk di masa lalu. Mereka menjadi orang yang bebas dan independen merajut masa depannya. Mereka telah berhasil berdamai dengan pengalaman masa lalu. Rekonsiliasi dengan masa lalu.
Nah, untuk mengtasi agar masa lalu tidak menjadi beban bagi kehidupan kita, Dave Plezer memberikan tiga catatan penting. Pertama, lepaskan ransel emosi masa lalu yang memberatkan langkah maju kita. Sering kita terganggu dengan ransel ini. Tapi, tidak berani melepaskannya. Tidak mau melakukan usaha apa pun untuk ‘mengenyahkan’ ransel emosi ini.
Kedua, pahamilah apa yang menjadi dambaan dan mimpi dalam kehidupan kita. Kita perlu merumuskan tujuan dan harapan hidup kita masing-masing. Dengan ini, kehidupan kita menjadi begitu berharga untuk dijalani. Ada pribahasa man is a meaning making machine. Manusia adalah mahkluk yang selalu mencari maknanya. Kebahagiaan orang terletak pada kemampuan dirinya memaknai seluruh perjalanan hidupnya. Termasuk memaknai hal-hal yang tampaknya tidak bermakna di depan dunia. Dalam logoterapi yang dipopulerkan Victor Frankl, ditegaskan pentingnya tujuan dan makna hidup manusia. Dengan ini, manusia bisa menikmati hidupnya dengan bergairah.
Ketiga, rayakan siapa dan apa adanya diri kita sekarang. Hidup dengan segala realitasnya ini harus berani diamini dan dirayakan. Carl Rogers mengatakan manusia yang dewasa mampu hidup sekarang dan di sini (hic et nunc). Ia mampu mengapresiasikan masa kini. Sementara, banyak orang membenci kenyataan dirinya. Tapi, yang dewasa akan belajar berdamai dan menerima apa pun yang terjadi. Fransiskus asal Asisi Italia merumuskan harapannya yang inspiratif: “God grant me the serenity to accept the things I cannot change, the courage to change the things I can, and the wisdom to know the difference.” Selamat berefleksi.