GOOGLE REKRUT HACKER HEBAT UNTUK TANGKIS SERANGAN SIBER
Google berencana merekrut hacker-hacker hebat di Australia dan menempatkannya pada divisi cybersecurity untuk melawangan serangan siber.
Tantangannya, Google akan kesulitan menemukan hacker-hacker yang baik untuk bekerja layaknya pegawai kantoran, mengingat langkah Google merektrut hacker sangatlah tidak lazim.
“Mencari hacker yang baik sangatlah sulit karena mereka biasa melakukan peretasan secara ilegal,” kata Parisa Tabriz (Ahli Keamanan Google) seperti dikutip IB Times.
Tabriz mengatakan kota Sydney memiliki potensi sumber daya manusia (SDM) IT yang besar karena ada universitas yang benar-benar membantu para profesional keamanan siber. Pemerintah pun bersaing dengan perusahaan swasta untuk merekrut tenaga IT dengan iming-iming gaji yang besar.
“Ini adalah masalah umum. Perusahaan swasta di seluruh dunia memiliki kemampuan untuk menyediakan gaji dan tunjangan bagi para calon karyawan sehingga mereka tertarik untuk bekerja dengan pihak swasta,” ujarnya.
“Kami (pemerintah) tidak mungkin bersaing dengan perusahaan swasta dalam pemberian gaji, mirip memerangi penuaan dan gravitasi. Kami tidak akan menang,” kata Michael Scott (Asisten Sekretaris untuk Cybersecurity).
“Namun, bekerja di pemerintah memiliki keuntungan yaitu koneksi dengan beberapa lembaga pemerintah federal lainnya,” ungkapnya.
Scott menjelaskan permasalahan lainnya adalah perusahaan membutuhkan waktu yang lama untuk memberikan izin rahasia kepada calon karyawan dari divisi cybersecurity.
“Banyak dari mereka yang tidak siap untuk menunggu untuk mendapatkan izin keamanan,” kata Scott.
Richard Buckland (Perwakilan dari University of New South Wales) mengatakan universitasnya kekurangan SDM berkualitas untuk memenuhi permintaan pasar.
“Tidak ada cara mudah untuk cepat menyelesaikan masalah kekurangan keterampilan, salah satu caranya adalah menarik lebih banyak siswa untuk mendaftar di program kualiahnya,” ujarnya.
“Terkadang, kita perlu seseorang yang nakal, tidak sopan dan tidak benar-benar mematuhi otoritas. Jadi ada tantangan untuk menghasilkan mereka secara akademis formal,” pungkasnya.