CIO GEDUNG PUTIH GUNAKAN TEKNOLOGI UNTUK MELAWAN VIRUS EBOLA

Steven VanRoekel. [Kredit: Govtech]
Virus penyakit Ebola yang tengah menjangkiti sebagian negara-negara di kawasan Afrika Barat telah sampai di Amerika Serikat. Kasus pertama penderita Ebola ditemukan di kota Dallas, AS, pada hari ini (1/10). Pasien tersebut diketahui terbang dari Liberia (negara yang banyak penduduknya terjangkit Ebola) ke AS pada pertengahan September lalu.
WHO menyebutkan, sedikitnya 3.000 warga di kawasan Afrika Barat sudah menjadi korban jiwa akibat penyakit Ebola ini. Meskipun demikian, usaha untuk melawan penyebaran penyakit ini tetap dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk USAID (United States Agency for International Development).
Untuk membantu usaha USAID dalam menangani virus Ebola di Afrika, Steve VanRoekel yang sebelumnya menjabat sebagai CIO (Chief Information Officer) di Gedung Putih telah ditunjuk menjadi Chief Innovation Officer di badan kemanusiaan milik pemerintah AS itu. Ia juga berperan sebagai Senior Adviser untuk Rajiv Shah (Administrator, USAID).
Dikutip dari Politico, VanRoekel diyakini akan banyak menggunakan teknologi informasi dalam mencari solusi terbaik untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran virus Ebola. Latar belakangnya di Gedung Putih yang aktif mengampanyekan open data juga turut berperan penting.
“Teknologi bukanlah solusi [akhir] untuk tugas yang amat sulit ini [menangani virus Ebola], tapi teknologi akan menjadi bagian dari solusi. Saya akan bekerjasama dengan agen federal AS, organisasi nirlaba, dan perusahaan teknologi di sektor swasta untuk mempercepat upaya ini,” kata VanRoekel.
“Dengan keahlian dan bakat uniknya, Steve [VanRoekel] akan membantu kami dalam memanfaatkan teknologi seperti open data dan mobile platform untuk menjangkau komunitas dan masyarakat di Afrika; memberi mereka informasi-informasi penting agar mereka bisa bertahan hidup dan membantu menghentikan penyebaran Ebola,” Rajiv Shah menambahkan.
Sejauh ini, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) sudah membekali para relawan medis di Afrika dengan aplikasi mobile yang menampilkan diagram kemunculan dan penyebaran Ebola. CDC juga menawarkan peranti otomatisasi yang membantu relawan medis untuk mempercepat analisis data dan melacak identitas orang-orang yang terjangkit Ebola.