“BRING YOUR OWN DEVICE” ERA DIGITAL MODERN, KERJA TAK HARUS KE KANTOR
Revolusi digital telah merubah cara orang bekerja, berkomunikasi, dan menikmati hiburan. Semua aktivitas bisa dikendalikan secara digital melalui personal gadget.
Era Bring Your Own Device (BYOD) membuat orang bekerja secara begerak. Pakar teknologi informatika dan praktisi sainstek, Rachmat Gunawan bahkan mengatakan pada era modern, berkerja bisa di mana saja, kapan saja tanpa harus ke kantor.
Tidak hanya mengubah cara orang bekerja, revolusi digitial juga merubah cara berbisnis. Beberapa perusahaan kini telah mentransformasi binisnya dari model konvensional dengan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan pertumbuan dan efisiensi.
Aplikasi digital, cloud computing, sosial media, big data, analitik, dan mobilitas sejauh ini telah mentransformasi bisnis dari cara-cara konvensional. “Hari ini kita telah menyaksikan bahwa teknologi informasi tidak hanya mengubah bagaimana cara kita bekerja, namun bagaimana cloud computing, social media, big data analytics, dan mobility telah mentransformasi bisnis,” ujar Direktur CTI Group, Rachmat Gunawan pada CTI IT Infrastructure Summit 2016 di Jakarta, Kamis (3/3).
Transformasi digital wajib dilakukan oleh perusahaan. Salah satu contoh tragis karena telat dalam memulai transformasi adalah perusahaan film dan kamera Kodak. Pada 2012 perusahaan ini menyatakan kangkrut karena ditinggalkan konsumen.
Apa penyebab kebangkrutan Kodak? Ternyata perusahaan ini lambat beralih ke fotografi digital. Sangat disayangkan sebenarnya karena sebenarnya perusahaan ini telah mengembangkan kamera digital jauh sebelum kamera digital menjadi popular.
Era digital juga telah merubah cara orang membeli produk. E-commerce dan financial technology (fintech) memungkinkan konsumen mendapatkan layanan tanpa perlu pergi ke toko atau mendatangi kantor perusahaan. “Saat ini customer banyak berubah. Kelakuan mereka berubah disebabkan karena perkembangan teknologi,” jelas Gunawan.
Gunawan menilai perusahaan harus melakukan transformasi digital. Jika saat ini perusahaan tidak melakukan transformasi digital, maka lambat laun bisnis akan tenggelam dan kemudian bangkrut.
Lembaga riset Capgemini menyebutan transformasi digital membantu peningkatan 9 persen pendapatan, serta peningkatan profit yang mencapai 26 persen. Langkah dinilai pasat membantu dalam menilai kemajuan perusahaan sebesar 12 persen.
Lembaga riset Gartner menyebutkan 64 persen dari petinggi divisi TI dan marketing akan mentransformasi bisnis perusahaan ke arah digital pada akhir 2017. Riset serupa menyebutkan 41 persen pemimpin organisasi mendapatkan peningkatan revenue hingga 250 juta dolar AS ataul ebih di tahun 2014 semenjak melakukan transformasi digital.
Sedangkan lembaga riset IDC mempredisi 60 persen pemimpin perusahaan (CEO) di wilayah negara Asia Pasifik akan menempatkan tranformasi digital sebagai strategi utama perusahaan pada 2017.
Namun pelaku bisnis dihadapkan oleh beberapa tantangan dalam hal menciptakan inovasi model bisnis, menentukan metode perubahan yang efektif, likuiditas dan proses adaptasi dimana berpotensi menyebabkan kegagalan pada 70 persen dari inisiatif digital yang ada.
“Transformasi digital, yang kini menjadi tantangan setiap bisnis, merupakan integrasi antara TI dan bisnis di bawah satu outcome bisnis yang tunggal dan selaras. Transformasi digital terwujud dari inovasi aplikasi bisnis, pemanfaatan analisis data dan efisiensi teknologi,” ujar Managing Director Hitachi Data Systems Indonesia (HDS Indonesia), Suresh Nair. hay/E-6
Strategi Kompetisi dengan Fintech
Transformasi perusahaan dengan memanfaatkan teknologi digital menjadikan lingkungan binis bergerak ke ara lebih kompetitif. Beberapa perusahaan seperti perbankan, asuransi, travel, retail, tranpostasi, dan lainnya telah mendorong kompetisi ketat pada industri masing- masing.
Laporan McKinsey Consulting, pada 2016, perusahaan akan terus menggunakan teknologi untuk mendukung transformasi digital melalui lima pendekatan di media sosial, mobility, Internet of Things (IoT), komputasi cloud, dan analitik.
Senior Director, Oracle Insight and Consumer Strategy Subramanian Iyer, perusahaan perlu melakukan tranformasi digital. Alasannya saat ini ekspektasi pelanggan semakin meningkat dan persaingan yang semakin ketat dari bisnis startup telah membuat transformasi digital menjadi suatu keharusan. “Manajemen eksekutif wajib menguasai strategi digital, dan bagian IT harus cukup lincah untuk melakukannya,” ujar dia dalam keterangan tertulis baru-baru ini.
Ekspektasi pelayanan pelanggan sangatlah tinggi, tidak dapat dilakukan dengan teknologi informasi tradisional. Dengan pendekatan lama dibutuhkan waktu berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.
Tranformasi digital dilakukan salah satunnya dengan mengelola dan menganalisa sumber data dunia digital yang meliputi IoT, big data, dan media sosial. Dibutuhkan manajemen data yang lebih efektif. Kerangka kerja tradisional mengatur data perusahaan perlu diperluas untuk mengakomodasi berbagai bentuk data baru yang kini mulai muncul.
Pelanggan mengharapkan layanan seketika, dan ini membutuhkan data yang tepat untuk diekspos di saat yang tepat. Laporan secara real-time ini akan menentukan pengambilan keputusan. Perusahaan yang mengacuhkan tren ini akan kewalahan mengahadapi banyaknya data.
Untungnya beberapa perusahaan kini telah melek teknologi dengan melakukan tranformasi digital lewat jalur financial technology (fintech). Perusahaan asuransi Sequis Life dan ACC telah melakukan transformasi digital dalam menjaring nasabah.
Strategi digital melalui Fintench dipercaya memiliki peran dalam memaksimalkan penggunaan teknologi untuk mengubah, mempercepat atau mempertajam berbagai aspek dari layanan keuangan yang tersedia saat ini, mulai dari metode pembayaran, transfer dana, pinjaman, pengumpulan dana, hingga pengelolaan aset.
President Director and CEO Sequis Life & Sequis Group Tatang Widjaja penjualan asuransi tidak hanya dapat dilakukan secara konvesional namun juga melalui lini digital. “Berbisnis dengan model lama akan membuat perusahaan kehilangan kesempatan untuk menunjukkan keunggulan kompetitif,” ujar dia di Jakarta baru-baru ini.
Agar bisa menjaring konsumen secara online Sequiz memiliki layanan digital dengan nama Sequis Online dan Sequiz eZ yang berjalan pada platform Android , iOS, Windows Phone dan Web. Sequis Online adalah kanal digital untuk calon nasabah yang ingin membeli produk Sequis secara langsung dengan cara yang sederhana.
Sedangkan yang dilakuakn PT Astra Credit Companies (ACC) dalam melakukan strategi digital adalah dengan menyediakan aplikasi ACC Yes! di Android dan iOS. Lewat aplikasi ini konsumen bisa menemukan opsi menu simulasi kredit, status angsuran, pengajuan kredit instan, pembayaran online, status aplikasi, hingga berita dan promo.
“Salah satu fitur unggulan di aplikasi ini adalah fitur “Persetujuan Instan” langsung dalam satu menit untuk pelanggan dengan segmen premium,” ujar ujar Chief Executive Officer ACC, Jodjana Jody, di Jakarta, Kamis (25/2). Jody menambahkan ACC Yes! merupakan langkah awal ACC dalam memasuki dunia digital karena aplikasi mobile menjadi kunci penting bisnis saat ini. “ACC Yes! kami bangun untuk senantiasi mendampingi pelanggan dalam setiap langkah bersama ACC, dari awal penentuan dan pengajuan kredit hingga saatnya lunas,” katanya. hay/E-6