ALFACART PASANG TARGET MASUK TIGA BESAR E-COMMERCE LOKAL PADA TAHUN 2017
Alfamart Group terlihat serius menggarap bisnis e-commerce melalui Alfacart, bentuk rebranding dari Alfaonline. Di samping mengucurkan investasi yang tidak sedikit, Alfamart juga merekrut orang-orang yang berpengalaman di dunia belanja online untuk mengelola Alfacart.
Orang-orang tersebut antara lain Catherine Hindra Sutjahyo, mantan eksekutif di Zalora Indonesia, yang ditunjuk selaku CEO Alfacart. Ada pula Haryo Suryo Putro dan Ernest Tjahjana–keduanya mantan vice president di Lazada Indonesia. Sekarang Haryo dipercaya sebagai Chief Operating Officer merangkap Chief Marketing Officer, sedangkan Ernest menjadi Chief Commercial Officer.
“Untuk tahun pertama ini, target kami lebih pada brand recognition, berupaya agar orang-orang tahu apa itu Alfacart. Untungnya tim kami sudah tahu industri e-commerce seperti apa, ditambah dukungan dari Alfa Group,” ujar Catherine di Jakarta, Kamis (15/6).
Sedangkan untuk target selanjutnya, Catherine ingin menjadikan Alfacart masuk ke dalam tiga besar pemain e-commerce di Indonesia, setidaknya pada tahun 2017.
Konsep O2O yang diusung Alfacart memang masih terbilang baru di Indonesia. Sejauh ini, pemain e-commerce lain yang melakukannya baru MatahariMall.
Haryo merasa potensi pasar O2O di tanah air sangat besar. Ia mengutip data yang menyebutkan bahwa banyak konsumen e-commerce yang masih memilih pembayaran tunai atau metode Cash On Delivery (COD). Hal ini menunjukkan banyak orang Indonesia yang belum percaya sepenuhnya terhadap belanja online. Selain itu, jumlah pengguna internet yang memiliki kartu kredit atau rekening bank di Indonesia masih sedikit.
“Dengan konsep O2O, konsumen bisa melakukan pembayaran tunai di toko Alfamart dan bisa melihat produknya secara langsung, sehingga kepercayaan mereka dapat tumbuh lebih besar,” kata Haryo.
Menurut Haryo, persentase konsumen Alfacart yang memilih untuk mengambil barang pesanannya di gerai Alfamart terdekat mencapai 70 – 80 persen. Oleh karena itu, ia optimistis konsep ini memang cocok bagi masyarakat Indonesia.
Siap Tindak Penjual Nakal
Dengan model bisnis online marketplace, Alfacart tidak hanya menjual produk-produk yang berasal dari jaringan distribusi Alfa Group. Mereka juga membuka kesempatan bagi para penjual (seller) dan UKM untuk berjualan online di Alfacart.
Haryo menyatakan bahwa Alfacart selalu menyeleksi dan melakukan quality control terhadap setiap penjual yang ingin bergabung. Cara ini ditempuh untuk meminimalkan penjual-penjual yang kurang kompeten ataupun menjual produk-produk ilegal.
“Untuk produk-produk yang secara izin tidak boleh beredar di Indonesia, misalnya barang BM (black market), akan kami larang. Kalau ada penjual seperti itu, kami akan disiplinkan. Kalau masih bisa diedukasi, kalau masih nakal kami tutup tokonya,” paparnya.
Sementara itu, untuk menggaet kalangan UKM, Alfacart juga sudah bekerjasama dengan Bank Sampoerna untuk menyediakan pinjaman modal dengan bunga ringan kepada mitra penjual yang ingin mengembangkan bisnisnya.
Pada kuartal ketiga 2016, Alfacart akan berekspansi ke daerah-daerah lain yang belum mereka jangkau. “Kami akan menjalin hubungan dengan UKM setempat agar produk mereka bisa dijual di Alfacart. Nantinya kami juga akan membangun kantor di daerah,” Catherine menambahkan.