( pcs)
GambarBarangjmlBeratTotal
keranjang belanja anda kosong
00,00Rp 0

ADUH, TEKNOLOGI SEKURITI CYBER INDONESIA KETINGGALAN 15 TAHUN

Senin, Oktober 19th 2015.
Aduh, Teknologi Sekuriti Cyber Indonesia Ketinggalan 15 Tahun

Chief Executive Technology of Asia Pacific FireEye, Bryce Boland

JAKARTA, PCplus – Perusahaan-perusahaan di Indonesia kini makin menjadi sasaran serangan para peretas (hacker). Tak peduli skala atau sektor bisnisnya, semua beresiko menjadi target serangan yang bermotif mendapatkan uang.

Dibandingkan dunia, tingkat serangan cyber yang dialami perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih tinggi, yakni 36%. Begitu jelas Bryce Boland (Chief Technology Officer for Asia Pasific, FireEye) dalam jumpa pers di Jakarta (19/4/2016).

Tingkat kematangan sekuriti di Indonesia, kata Boland, memang kurang mendukung. “Kebanyakan perusahaan di Indonesia menggunakan teknologi 15 tahun lalu, seperti antivirus, firewall. Tingkat kematangan sekuritinya masih di level deteksi. Padahal ada yang lebih tinggi, yakni response dan hunting. Sudah ada yang di situ, tapi sedikit.”

Untuk tingkat kematangan cyber, Indonesia tercatat berada di urutan 14 dengan skor 46,4. Negara kita kalah dibandingkan Filipina (no. 13, skor 46,8), Thailand (no. 12, skor 49,1), atau India (no. 11, skor 50).

Rendahnya tingkat kematangan sekuriti cyber perusahaan di tanah air, menurut Boland bukan karena tidak ada dana yang dialokasikan ke urusan pengamanan. Tapi justru karena dananya dipakai untuk melakukan pencegahan terhadap serangan-serangan yang sudah diketahui. “Bukan untuk mendeteksi yang belum dikenal. Mencegah memang bisa membantu (melakukan perlindungan), tetapi tidak bisa menghentikan yang (berbuat) jahat,” terangnya.

Boland mengaku, membuat perlindungan terhadap serangan memang bukan perkara mudah. “Tidak ada satu solusi jitu untuk semuanya. Perlu intelijen, pemahaman dari semua, mulai dari tingkat pemerintah sampai tingkat industri. Harus tahu cara-cara menerobos. Untuk melindungi diri dari serangan, dibutuhkan kombinasi teknologi, intelijen serangan, dan pengalaman. Karena yang dihadapi adalah manusia, bukan cuma tool, jadi harus tahu menggunakannya,” saran Boland.

Produk terbaru

Cek resi

Pengiriman